Selasa, 20 November 2012

KITAB MUSHONAF Abdurrazaq as-San’ani


KITAB MUSHONAF Abdurrazaq as-San’ani
Oleh:
Enjen Zaenal Mutaqin
Fahmi Muhammad Tosin

A.    Kitab al-Musannaf Karya Abdurrazzaq as-San’ani.
Ditinjau dari segi jenis kitab-kitab hadis, kitab ini termasuk kitab hadis yang disusun berdasarkan bab fiqh. Hal ini dapat dilihat dari tehnik penyusunannya yang khas, yakni mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki tema serupa. Penulis kitab ini adalah Abdul Razzaq yang memiliki nama lengkap al-Hafiz al-Kabir Abi Bakar ‘Abd al-Razzaq Ibn Hamman al-San’ani (w. 211H.). Ia dilahirkan pada tahun 126 H/744 M. Ia dibesarkan di Yaman dan pernah mengenyam pendidikan di Yaman. Kitab Musannaf ‘Abd al-Razzaq sudah dipublikasikan sejak tahun 1972 sebanyak 11 volume, yang disajikan oleh Habib al-Rahman al-A’zami, dan diterbitkan oleh al-Majelis al-Ilmi, Beirut.(2)  Kitab Musannaf ‘Abd al-Razzaq ini memuat hadis sebanyak 21033 buah.  
Kitab Musannaf Abd al-Razzaq mempunyai kriteria sebagai berikut:
1)      Musannaf Abd al-Razzaq ini merupakan salah satu kitab yang mewakili dari banyak kitab-kitab hadis tertua pada abad kedua hijriah;
2)      Musannaf Abd al-Razzaq tidak terpengaruh oleh mazhab as-Syafi’i, karena di dalamnya masih murni mengandung materi-materi dari qaul Nabi, qaul Shahabat dan qaul Tabi’in;
3)      Musannaf Abd al-Razzaq adalah kitab yang memuat informasi yang cukup mewakili perkembangan hukum Islam di Makkah;
4)      Musannaf Abd al-Razzaq adalah kitab yang lebih tua dan lebih tebal dibandingkan dengan musannaf-musannaf yang lain.
Dari penelusuran penyusun dapat diketahui bahwa Al-Hafiz al-Kabir Abi Bakar ‘Abd al-Razaq Ibn Hammam as-San’ani adalah nama lengkap dari ‘Abd al-Razaq as-San’ani. ‘Abd al-Razaq yang juga menulis kitab tafsir li al-‘Abd al-Razaq lahir pada 126 H di daerah San’an, ia pernah berkelana dalam rangka mengumpulkan hadis Nabi sambil berdagang di mulai dari kawasan Hijaz, Syam, hingga kawasan Baghdad, Irak.
Salah satu dari guru ‘Abd al-Razaq sebagaimana disebutkan Ibn Hajar al-Asqalani adalah:
أبيه وعمه وهب ومعمر وعبيد الله بن عمر العمري وأخيه عبد الله بن عمر العمري وأيمن بن نابل وعكرمة بن عمار وابن جريج والأوزاعي ومالك والسفيانين وزكرياء بن إسحاق المكي وجعفر بن سليمان ويونس بن سليم الصنعاني وابن أبي رواد وإسرائيل وإسماعيل بن عياش وخلق
Adapun murid-murid dari ‘Abd al-Razaq antara lain:
شيخه سفيان بن عيينة، ومعتمر بن سليمان، وأبو أسامة، وطائفة من أقرانه، وأحمد بن حنبل، وابن راهويه، ويحيى بن معين، وعلي بن المديني، وإسحاق الكوسج، ومحمد بن يحيى، ومحمد بن رافع، وعبد بن حميد، ويحيى بن جعفر البيكندي، ويحيى ابن موسى
Sejarah mencatat bahwa ‘Abd al-Razaq meninggal di daerah Yaman pada pertengahan bulan Syawal Tahun 211 H. Banyak ulama yang memberikan penilaian positif terhadap pribadi ‘Abd al-Razaq, mereka antara lain:
a. Menurut Ibn Hajar dia adalah الأئمة الأعلام الحفاظ. ثقة حافظ,
b. Menurut ad-Daruqutni dia adalah ثقة
c. Menurut al-Bukhari: ما حدث عنه عبد الرزاق من كتابه فهو أصح
d. Menurut Abu Zur’ah ad-Dimsyaqy dari Ahmad bin Hanbal bahwa ‘Abd al-Razaq adalah يحفظ حديث bahkan terkadang dikatakan ثقة.
e. Menurut Siyar bin Hatim sebagai berikut:
وأرجو أنه لا بأس به، والذي ذكر فيه من التشيع والروايات التي رواها التي يستدل بها على أنه شيعي، فقد روى أيضا في فضل الشيخين، وأحاديثه ليست بالمنكرة، وما كان فيه منكر، فلعل البلاء فيه من الراوي عنه، وهو عندي ممن يجب أن يقل حديثه
f. Menurut Abu Ahmad, ‘Abd al-Razaq banyak meriwayatkan hadis ia mengatakan حديث صالح, حسن الحديث, معروف بالتشيع, جمع الرقائق, لا بأس به, وأحاديثه ليست بالمنكرة.
g. Menurut Ya’qub bin Syaibah, ‘Ali bin al-Madiniy, Hisyam bin Yusuf:
كان عبد الرزاق أعلمنا وأحفظنا, ثقة ثبت.
Dari biografi dan komentar beberapa ulama di atas, maka dapat disimpulkan:
Pertama, ‘Abd al-Razaq adalah seorang periwayat yang adil dan dhabit. Adapun tingkatan adil-nya ‘Abd al-Razaq berdasarkan kriteria yang dibangun ‘Ajjāj al-Khātib sangat bervariasi, yakni masuk dalam tingkatan ta’dil ketiga, kelima, dan keenam. Keadilan ‘Abd al-Razaq pada tingkatan ketiga tampak dari komentarnya Ibn Hajar, Abu Zur’ah ad-Dimsyaqy, Ya’qub bin Syaibah, ‘Ali bin al-Madiniy, dan Hisyam bin Yusuf. Komentar Abu Ahmad masuk dalam kriteria tingkatan ta’dil kelima. Sementara itu, tingkatan ta’dil keenam tampak dari komentar yang diberikan oleh Siyar bin Hatim, dan Abu Ahmad.
Kedua, dilihat dari tangal lahir dan kematian, maka ‘Abd al-Razaq yang lahir pada 126 H dan meninggal pada Tahun 211 H masih tergolong sebagai seorang tabi’in. Hal ini berdasarkan pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa akhir masa tabi’in adalah tahun 150 H dan akhir masa tabi’ al-tabi’in adalah tahun 220 H.
Sejarah menunjukkan bahwa metode penyusunan kitab-kitab hadis sangat beragam atau tidak seragam. Para mukharij memiliki metode-metode sendiri-sendiri dalam penyusunan sistematika dan penempatan topik masalah. Hal ini dinilai sebagai sesuatu yang wajar oleh Syuhudi Ismail. Sebab, kegiatan penulisan hadis yang dilakukan para ulama terdahulu lebih terkonsentrasikan pada penghimpunan hadis dan tidak pada metode penyusunannya.
Adapun kitab al-Musannaf karya ‘Abd al-Razaq jika dilihat dari namanya, maka kitab ini menggunakan metode al-Musannaf. Kata al-Musannaf meskipun secara bahasa bermakna sesuatu yang disusun, namun secara terminologis kata al-Musannaf adalah نَفَس  atau the same thing (sama) dengan istilah muwata’ yakni sebuah metode pembukuan hadis berdasarkan klasifikasi hukum Islam atau (ابواب فقهيه) bab-bab fiqh di mana di dalamnya mencakup hadis mauquf, hadis maqtu’ yang disatukan dengan hadis marfu’, yang oleh ulama mutaqaddimin disebut dengan al-Asnaf.
Istilah al-Musannaf di definisikan sebagai koleksi di mana para perawi yang dirujuk oleh isnad-isnad itu tidak menentukan urutan perkataan dan isisnya. Namun, hubungan isi dan rujukan perkataanya pada masalah yang sama. Materi yang menjadi pokok bahasan hadis-hadis bukan hanya umum, yang terkait dengan ritual, melainkan juga yang terkait dengan masalah biografis, historis, dan etis. Di antara kitab hadis yang termasuk dalam kategori al-Musannaf ini adalah al-Jawami’, as-Sunan, al-Musannafat, al-Mustadrakat, al-Mustakhrajat.
Sementara itu, dilihat dari setting sejarahnya, maka koleksi kitab hadis yang menggunakan metode al-Musannaf muncul pada pertengahan abad pertama dan tersebar luas pada pertengahan abad ke-2 H. Di antara penulis yang menyusun kitab hadis dengan kompilasi seperti karya ‘Abd al-Razaq adalah karya Abu Bakr bin Syaibah (w. 235 H), Abu Rabi’ Sulaiman bin Abi Dawud az-Zahiri (w. 234 H). Terdapat juga Musannaf Hammad bin Salamah (w. 181 H), Musannaf yang dinisbahkan pada Waki’ al-Jarrah (w. 197 H).
Kitab al-Musannaf karya ‘Abd al-Razaq ini diterbitkan oleh Majelis al-‘Ilmi, Beirut pada Tahun 1983/ 1403 H dalam 11 (sebelas) jilid dan di tahqiq dan disajikan kembali oleh Habib ar-Rahman al-‘Azami. Pembacan atas kitab al-Musannaf editan Habib ar-Rahman tersebut lebih dipermudah dengan adanya satu kitab katalog yang disusun oleh Ma’mar bin Rasyid al-Azdiy. Kitab yang sangat membantu ini terdiri dari tiga katalog, yakni: pertama: katalog untuk lafaz hadis. Kedua, katalog untuk istilah-istilah fiqhiyyah, dan ketiga, berisi tentang indeks atau biografi.

KITAB MUSHONAF Abdurrazaq as-San’ani


KITAB MUSHONAF Abdurrazaq as-San’ani
Oleh:
Enjen Zaenal Mutaqin
Fahmi Muhammad Tosin

A.    Kitab al-Musannaf Karya Abdurrazzaq as-San’ani.
Ditinjau dari segi jenis kitab-kitab hadis, kitab ini termasuk kitab hadis yang disusun berdasarkan bab fiqh. Hal ini dapat dilihat dari tehnik penyusunannya yang khas, yakni mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki tema serupa. Penulis kitab ini adalah Abdul Razzaq yang memiliki nama lengkap al-Hafiz al-Kabir Abi Bakar ‘Abd al-Razzaq Ibn Hamman al-San’ani (w. 211H.). Ia dilahirkan pada tahun 126 H/744 M. Ia dibesarkan di Yaman dan pernah mengenyam pendidikan di Yaman. Kitab Musannaf ‘Abd al-Razzaq sudah dipublikasikan sejak tahun 1972 sebanyak 11 volume, yang disajikan oleh Habib al-Rahman al-A’zami, dan diterbitkan oleh al-Majelis al-Ilmi, Beirut.(2)  Kitab Musannaf ‘Abd al-Razzaq ini memuat hadis sebanyak 21033 buah.  
Kitab Musannaf Abd al-Razzaq mempunyai kriteria sebagai berikut:
1)      Musannaf Abd al-Razzaq ini merupakan salah satu kitab yang mewakili dari banyak kitab-kitab hadis tertua pada abad kedua hijriah;
2)      Musannaf Abd al-Razzaq tidak terpengaruh oleh mazhab as-Syafi’i, karena di dalamnya masih murni mengandung materi-materi dari qaul Nabi, qaul Shahabat dan qaul Tabi’in;
3)      Musannaf Abd al-Razzaq adalah kitab yang memuat informasi yang cukup mewakili perkembangan hukum Islam di Makkah;
4)      Musannaf Abd al-Razzaq adalah kitab yang lebih tua dan lebih tebal dibandingkan dengan musannaf-musannaf yang lain.
Dari penelusuran penyusun dapat diketahui bahwa Al-Hafiz al-Kabir Abi Bakar ‘Abd al-Razaq Ibn Hammam as-San’ani adalah nama lengkap dari ‘Abd al-Razaq as-San’ani. ‘Abd al-Razaq yang juga menulis kitab tafsir li al-‘Abd al-Razaq lahir pada 126 H di daerah San’an, ia pernah berkelana dalam rangka mengumpulkan hadis Nabi sambil berdagang di mulai dari kawasan Hijaz, Syam, hingga kawasan Baghdad, Irak.
Salah satu dari guru ‘Abd al-Razaq sebagaimana disebutkan Ibn Hajar al-Asqalani adalah:
أبيه وعمه وهب ومعمر وعبيد الله بن عمر العمري وأخيه عبد الله بن عمر العمري وأيمن بن نابل وعكرمة بن عمار وابن جريج والأوزاعي ومالك والسفيانين وزكرياء بن إسحاق المكي وجعفر بن سليمان ويونس بن سليم الصنعاني وابن أبي رواد وإسرائيل وإسماعيل بن عياش وخلق
Adapun murid-murid dari ‘Abd al-Razaq antara lain:
شيخه سفيان بن عيينة، ومعتمر بن سليمان، وأبو أسامة، وطائفة من أقرانه، وأحمد بن حنبل، وابن راهويه، ويحيى بن معين، وعلي بن المديني، وإسحاق الكوسج، ومحمد بن يحيى، ومحمد بن رافع، وعبد بن حميد، ويحيى بن جعفر البيكندي، ويحيى ابن موسى
Sejarah mencatat bahwa ‘Abd al-Razaq meninggal di daerah Yaman pada pertengahan bulan Syawal Tahun 211 H. Banyak ulama yang memberikan penilaian positif terhadap pribadi ‘Abd al-Razaq, mereka antara lain:
a. Menurut Ibn Hajar dia adalah الأئمة الأعلام الحفاظ. ثقة حافظ,
b. Menurut ad-Daruqutni dia adalah ثقة
c. Menurut al-Bukhari: ما حدث عنه عبد الرزاق من كتابه فهو أصح
d. Menurut Abu Zur’ah ad-Dimsyaqy dari Ahmad bin Hanbal bahwa ‘Abd al-Razaq adalah يحفظ حديث bahkan terkadang dikatakan ثقة.
e. Menurut Siyar bin Hatim sebagai berikut:
وأرجو أنه لا بأس به، والذي ذكر فيه من التشيع والروايات التي رواها التي يستدل بها على أنه شيعي، فقد روى أيضا في فضل الشيخين، وأحاديثه ليست بالمنكرة، وما كان فيه منكر، فلعل البلاء فيه من الراوي عنه، وهو عندي ممن يجب أن يقل حديثه
f. Menurut Abu Ahmad, ‘Abd al-Razaq banyak meriwayatkan hadis ia mengatakan حديث صالح, حسن الحديث, معروف بالتشيع, جمع الرقائق, لا بأس به, وأحاديثه ليست بالمنكرة.
g. Menurut Ya’qub bin Syaibah, ‘Ali bin al-Madiniy, Hisyam bin Yusuf:
كان عبد الرزاق أعلمنا وأحفظنا, ثقة ثبت.
Dari biografi dan komentar beberapa ulama di atas, maka dapat disimpulkan:
Pertama, ‘Abd al-Razaq adalah seorang periwayat yang adil dan dhabit. Adapun tingkatan adil-nya ‘Abd al-Razaq berdasarkan kriteria yang dibangun ‘Ajjāj al-Khātib sangat bervariasi, yakni masuk dalam tingkatan ta’dil ketiga, kelima, dan keenam. Keadilan ‘Abd al-Razaq pada tingkatan ketiga tampak dari komentarnya Ibn Hajar, Abu Zur’ah ad-Dimsyaqy, Ya’qub bin Syaibah, ‘Ali bin al-Madiniy, dan Hisyam bin Yusuf. Komentar Abu Ahmad masuk dalam kriteria tingkatan ta’dil kelima. Sementara itu, tingkatan ta’dil keenam tampak dari komentar yang diberikan oleh Siyar bin Hatim, dan Abu Ahmad.
Kedua, dilihat dari tangal lahir dan kematian, maka ‘Abd al-Razaq yang lahir pada 126 H dan meninggal pada Tahun 211 H masih tergolong sebagai seorang tabi’in. Hal ini berdasarkan pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa akhir masa tabi’in adalah tahun 150 H dan akhir masa tabi’ al-tabi’in adalah tahun 220 H.
Sejarah menunjukkan bahwa metode penyusunan kitab-kitab hadis sangat beragam atau tidak seragam. Para mukharij memiliki metode-metode sendiri-sendiri dalam penyusunan sistematika dan penempatan topik masalah. Hal ini dinilai sebagai sesuatu yang wajar oleh Syuhudi Ismail. Sebab, kegiatan penulisan hadis yang dilakukan para ulama terdahulu lebih terkonsentrasikan pada penghimpunan hadis dan tidak pada metode penyusunannya.
Adapun kitab al-Musannaf karya ‘Abd al-Razaq jika dilihat dari namanya, maka kitab ini menggunakan metode al-Musannaf. Kata al-Musannaf meskipun secara bahasa bermakna sesuatu yang disusun, namun secara terminologis kata al-Musannaf adalah نَفَس  atau the same thing (sama) dengan istilah muwata’ yakni sebuah metode pembukuan hadis berdasarkan klasifikasi hukum Islam atau (ابواب فقهيه) bab-bab fiqh di mana di dalamnya mencakup hadis mauquf, hadis maqtu’ yang disatukan dengan hadis marfu’, yang oleh ulama mutaqaddimin disebut dengan al-Asnaf.
Istilah al-Musannaf di definisikan sebagai koleksi di mana para perawi yang dirujuk oleh isnad-isnad itu tidak menentukan urutan perkataan dan isisnya. Namun, hubungan isi dan rujukan perkataanya pada masalah yang sama. Materi yang menjadi pokok bahasan hadis-hadis bukan hanya umum, yang terkait dengan ritual, melainkan juga yang terkait dengan masalah biografis, historis, dan etis. Di antara kitab hadis yang termasuk dalam kategori al-Musannaf ini adalah al-Jawami’, as-Sunan, al-Musannafat, al-Mustadrakat, al-Mustakhrajat.
Sementara itu, dilihat dari setting sejarahnya, maka koleksi kitab hadis yang menggunakan metode al-Musannaf muncul pada pertengahan abad pertama dan tersebar luas pada pertengahan abad ke-2 H. Di antara penulis yang menyusun kitab hadis dengan kompilasi seperti karya ‘Abd al-Razaq adalah karya Abu Bakr bin Syaibah (w. 235 H), Abu Rabi’ Sulaiman bin Abi Dawud az-Zahiri (w. 234 H). Terdapat juga Musannaf Hammad bin Salamah (w. 181 H), Musannaf yang dinisbahkan pada Waki’ al-Jarrah (w. 197 H).
Kitab al-Musannaf karya ‘Abd al-Razaq ini diterbitkan oleh Majelis al-‘Ilmi, Beirut pada Tahun 1983/ 1403 H dalam 11 (sebelas) jilid dan di tahqiq dan disajikan kembali oleh Habib ar-Rahman al-‘Azami. Pembacan atas kitab al-Musannaf editan Habib ar-Rahman tersebut lebih dipermudah dengan adanya satu kitab katalog yang disusun oleh Ma’mar bin Rasyid al-Azdiy. Kitab yang sangat membantu ini terdiri dari tiga katalog, yakni: pertama: katalog untuk lafaz hadis. Kedua, katalog untuk istilah-istilah fiqhiyyah, dan ketiga, berisi tentang indeks atau biografi.