HAJI SYARIAT DAN HAJI HAKIKAT
MAKALAH
Oleh:
Enjen
Zaenal Mutaqin
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Haji dalam arti berkunjung ke suatu tempat tertentu
untuk tujuan ibadah, dikenal oleh umat manusia melalui tuntunan agama-agama,
khususnya di belahan Timur dunia kita ini. Ibadah ini diharapkan dapat
mengantar manusia kepada pengenlan jati diri, membersihkan, dan menyucikan jiwa
mereka. Itulah agaknya yang menjadi sebab mengapa ajaran agama-agama –dalam
kaitannya dengan ibadah haji- menganjurkan pelakunya untuk memulainya dengan
mandi (menyucikan jasmani dari segala noda).
Walaupun ibadah haji dikenal oleh agama-agama selain
agama Islam, namun terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara ibadah haji
yang di ajarkan oleh Islam dengan”Ibadah Haji” yang di praktikan oleh
agama-agama lain. Misalnya dalam pandangan terhadap tempat-tempat yang
dikunjungi, keterlibatan pemuka-pemuka agama dalam upacara-upacara ritual, dan
pada binatang-binatang yang disembelih.
Memahami makna Ibadah Haji dalam ajaran Islam
membutuhkan pemahaman secara khusus menyangkut berbagai hal, khususnya dalam
bidang ilmu tasawuf. Di dalam ilmu tasawuf, ibadah Haji dibedakan menjadi dua
macam, ada ibadah Haji secara Syariat dan ada ibadah Haji secara Thariqat.
Disini insya Allah penulis akan kemukakan apa itu Haji Syariat, dan apa itu
Haji Thariqat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. HAJI
SYARIAT
Ibadah haji dilakukan di bulan Dzulhijjah yang
sangat dimuliakan kaum muslimin. Mekkah adalah kota yang aman dan damai. Kota
padang pasir ini tidak dicirikan oleh ketakutan, kebencian, dan perang tetapi
oleh keamanan dan kedamaian. Di kota ini sangat terasa suasana ibadah di mana
manusia bebas menghadap Allah Yang Maha Besar.
1.
PENGERTIAN IBADAH HAJI
Menurut Sayid Sabiq ibadah Haji ialah mengunjungi Mekkah untuk
mengerjakan ibadah thawaf, sa’I, wukuf di Arafah dan ibadah-ibadah lain demi
memenuhi perintah Allah dan mengharapkan keridhaan-Nya[1].
Ibadah haji merupakan salah satu di antara rukun Islam yang lima, dan suatu
kewajiban agama yang dapat diketahui tanpa perlu pemikiran lagi. Seandainya
adayang menyangkal hokum wajibnya, berarti ia telah kafir dan murtad dari agama
Islam.
Sedangkan menurut M. Quraish shihab, haji diartikan
berkunjung ke suatu tempat untuk tujuan ibadah, dengan pengharapan dapat
mengantarkan manusia kepada pengenalan jati diri, membersihkan, dan menyucikan
jiwa mereka[2].
Menurut As-syeikh Abdul Qadir Al-Jailani didalam kitab Sirrul Asrar membedakan haji kedalam dua pengertian, ada pengertian
haji menurut syariat dan ada haji menurut thariqat. Menurut beliau haji syariat ialah melakukan
ibadah haji ke Baitullah dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya,
sehingga menghasilkan pahala haji. Bila kurang syaratnya, maka kurang pula
pahalanya, bahkan membatalkannya. Adapun haji thariqat menurut pendiri thariqat
qadiriah ini adalah adanya kecenderungan hati ingn mengambil talqin dari
Shahibut-talqin, selanjutnya melaksanakan dzikir dengan lisan serta menghayati
maknanya[3].
2.
RUKUN HAJI
Penulis di sini tidak akan menguraikan secara rinci rukun-rukun
yang berkaitan dengan ibadah haji. Buku-buku yang menguraikan hal ini secara
baik dan rinci tersedia sedemikian banyak. Yang ingin dikemukakan disini
hanyalah sekilas tentang rukun-rukun
yang berkaitan dengan ibadah haji.
1. Pakaian dan Niat Ihram
Memakai pakaian ihram dianjurkan dengan cara idhthiba’, yakni memasukan pakaian
bagian atas ihram melalui ketiak sebelah kanan dan menyelempangkannya ke bahu
sebelah kanan. Setelah memakai pakaian ihram, di anjurkan melakukan shalat
sunah dua raka’at. Kemudian membaca niat ihram untuk haji setelah memakai
pakaian ihram saat memulai perjalanan, baik berjalan maupun berkendaraan[4].
2. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh
kali putaran. Seseorang yang thawaf hendaklah memulai thawafnya dengan menyisir
dekat hajar aswad sambil mencium dan menyapunya. Jika thawaf telah dimulai,
disunahkan berjalan cepat pada tiga putaran pertama, kemudian pada empat kali
putaran selanjutnya hendaklah ia berjalan seperti biasa[5]. Selesai
thawaf, jama’ah haji di anjurkan untuk meminum air zamzam sambil berdoa antara
lain agar disembuhkan dari aneka penyakit dan dikaruniai ilmu yang bermanfaat,
serta rizki yang barokah.
3. Shai antara Shafa dan Marwah
Selesai melakukan thawaf dan meminum air zamzam,
jama’ah menuju ke area sa’i. Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali. Perjalanan
dari Shafa ke Marwah dihitung sekali, kemudian dari marwah kembali ke Shafa
dihitung sekali juga. Demikian hingga genap tujuh kali mondar-mandir[6].
4. Tahallul
Setelah melaksanakan Sa’i, kemudian melakukan
tahallul, yaitu memotong rambut. Tahallul ditandai dengan menggunduli, atau
mencukur, atau memotong (menggunting) sedikitnya tiga helai rambut kepala[7].
5. Wukuf di ‘Arafah wukuf
Wukuf ialah hadir dan berada pada bagian manapun
dari ‘Arafah, walau seseorang itu dalam keadaan tidur atau bangun, berkendaraan
atau duduk, berbaring atau berjalan. Wukuf disembarang tempat memadai, karena
seluruh ‘Arafah itu merupakan tempat waukuf[8].
Waktu wukuf di ‘Arafah bermula sejak matahari tergelincir sampai terbenam.
6. Melontar jumrah
Melontar harus menggunakan batu. Untuk setiap tempat
lontar (jumrah) dilakukan sebanyak
tujuh kali dengan tujuh kerikil yang berbeda. Lontaran itu harus dilakukan
dengan tangan dan dimaksudkan untuk diarahkan ke tempat melontar, serta
diyakini atau di duga keras telah mencapai sasaran. Lontaran itu harus
dilakukan tanpa ada sesuatu yang mengalihkan niat.juga harus dilakukan secara
berurutan di tempat-tempat yang telah ditetapkan[9].
7. Thawaf Ifaddah
Thawaf ini merupakan salah satu rukun haji. Di atas
kita telah berbicara thawaf secara umum. Thawaf ifadhah waktunya bermula sejak
malam 10 Dzulhijjah, tanpa ada batas waktu akhir.
B. HAJI
HAKIKAT
Ibadah haji mencerminkan kepulanganmu kepada Allah
yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan, dan yang tak diserupai oleh
sesuatu apapun jua. Pulang kepada Allah adalah sebuah gerakan menuju
kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai, dan
fakta-fakta. Dengan melakukan perjalanan untuk menghampiri Allah Yang Maha
Besar[10].
1.
Pengertian
Haji tariqat adalah adanya kecenderungan hati ingin
mengambil talqin dari Shahibut-talqin, selanjutnya melaksanakan dzikir dengan
lisan serta menghayati maknanya. Yang di maksud dzikir disini ialah mengucapkan
kalimat Laa Ilaha Illallah dengan
lisan, selanjutnya menghidupkan hati dengan brdzikir kepada Allah dalam batin,
sehingga hatinya menjadi bersih[11].
2.
Simbol-simbol dalam Ibadah Haji
Haji merupakan kumpulan yang sangat indah dari
symbol-simbol keruhanian, yang mengantarkan seorang muslim “menghampiri” Allah.
Apabila melaksanakannya secara benar dan baik, maka ia memasuki lingkungan
Ilahi.
1. Niat
Ibadah haji dimulai dengan niat melakukannya lillah sambil menanggalkan pakaian biasa
dan mengenakan pakaian ihram. Niat meninggalkan rumah untuk menuju rumah umat
manusia; meninggalkan hidup untuk memperoleh cinta; meninggalkan kesombongan
untuk berserah diri kepada Allah; meninggalkan penghambaan untuk memperoleh
kemedekaan; meninggalkan diskriminasi rasial untk mencapai persamaan,
ketulusan, dan kebenaran; meninggalkan pakaian untuk bertelanjang; dan
meninggalkan hidup sehari-hari untuk memperoleh kehidupan yang abadi.[12]
2. Miqat
Miqat merupakan titik awal dari sebuah perubahan dan
revolusi. Disini sang actor (manusia) harus berganti pakaian. Mengapa demikian?
Karena pakaian menutupi diri dan watak manusia. Pakaian melambangkan pola,
preferensi, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. Umat manusia terpecah
menjadi berbagai ras, nasion, kelas, kelompok dan keluargayang masing-masing
memiliki status, nilai, nama, dan kehormatannya sendiri. Kini lepaskanlah
pakaianmu dan tinggalkanlah di miqat. Kenakanlah kain kafan, sehelai kain yang
sederhana. Di miqat ini, apa pun ras dan sukumu, lepaskan semua pakaian yang
engkau kenakan sehari-harisebagai:
-
Serigala
(yang melambangkan kekejaman dan penindasan).
-
Tikus
(yang melambangkan kelicikan).
-
Anjing
(yang melambangkan tipu daya), atau
-
Domba
(yang melambangkan penghambaan kepada makhluk).tinggalkan semua itu di miqat
dan berperanlah sebagai manusia yang sesungguhnya. Begitu tulis Dr. Ali
Syariati dalam buku Al-Hajj.[13]
3. Ka’bah
Ka’bah adalah sebuah bangunan persegi yang
kosong.bangunan ini terbuat dari batu-batu hitam keras yang tersusun dengan
cara yang sangat sederhana, sedang sebagai penutup celah-celahnya dipergunakan
kapur putih.
Betapa indahnya Ka’bah yang kosong ini, kekosongan
ini mengingatkanmu bahwa kehadianmu disini adalah untuk menunaikan ibadah haji
yang sama sekali bukan tujuan terakhir. Kekosongan ini adalah sebagai petunjuk
arah. Ka’bah hanyalah tonggak sebagai penunjuk jalan.ka’bah adalah awal
perjalanan menuju Allah , bukan akhir perjalanan di mana tak sesuatupun yang
harus dilakukan lagi.[14]
Pertama-tama dengan menggunakan Asmaus-sifat (nama-nama sifat Allah) sehingga muncul
Ka’bah sirri dengan cahaya sifat jamaliyah. Ka’bah dzahir di bersihkan bagi
orang-orang yang bertawaf di kalangan makhluk, sedangkan Ka’bah hati di
bersihkan untuk dipandang Allah. Oleh karena itu sudah selayaknya di bersihkan
dari selain Allah.[15]
4. Tawaf
Thawaf bagaikan sebuah batu yang dikelilimgi air
sungai yang membahana. Ka’bah dikelilingi oleh lautan manusia yang berada di
dalam keadan penuh haru. Ia bagai matahari yang merupakan pusat dari sistem
tata surya ini, dan manusia-manusia yang mengellinginya itu bak bintang-bintang
yang beredar didalam orbitnya. Ka’bah melambangkan ketetapan (konstansi) dan
keabadian Allah, sedang manusia-manusia yang berbondong-bondong bergerak
mengelilinginya, melambangkan aktivitas dan transisi makhluk-makhluk
ciptaan-Nya, aktivitas dan transisi yang terjadi secara terus menerus.[16]
Thawaf, merupakan suatu langkah fisik untuk
mengelilingi Ka’bah melambangkan kegiatan manusia yang tiada henti. Berpusat
pada Ka’bah, melambangkan bahwa segala kegiatan hanya berpinsip kepada Allah
semata-mata, tiada yang lain. Berputar tujuh kali, melambangkan jumlah hari
dalam satu minggu, atau suatu upaya yang tiada kenal henti untuk berjuang.
Namun perjuangan itu harus tetap berpusat pada prinsip, apa pun yang terjadi,
Allah-lah pusat kekuatan prinsip kita.[17]
5. Hajar Aswad
Hajar
Aswad adalah batu berbentuk telur berwarna hitam kemerah-merahan. Ia di letakan
di sudut sebelah timur bangunan Ka’bah. Asal-muasal Hajar Aswad masih
diperselisihkan oleh ulama, ada yang berkata, ia adalah batu dari surga: yang
semula putih bersih, tetapi karena dosa manusia, ia menjadi hitam. Ada juga
yang berpendapat bahwa boleh jadi ia adalah meteor yang jatuh.
Hajar
Aswad adalah lambing “tangan Tuhan”. Lazimnya seseorang yang mengikat
perjanjian dengan pihak lain, yang berjabat tangan dengan mitranya. Ia mencium
tangan mitranya jika ia mengagungkannya. Perjanjian ini di kenal sebagai sumpah
setia.[18]
Di
batu inilah engkau mempunyai kesempatan untuk memilih. Engkau harus memilih
jalan, tujuan, dan masa depanmu. Bersama-sama dengan orang banyak engkau harus
menjabat tangan kanan Allah yang dijulurkan-Nya kepadamu –jadi engkau harus
bersumpah untuk menjadi sekutu Allah dan dengan berbuatdemikian engkau pun
terbebas dari setiap sumpah setia yang pernah engkau buat dengan pihak lain
dimasa sebelumnya. Jabatlah tangan Allah. Ia lebih kuat dari semua pihak yang
telah memikat tanganmu di dalam sumpah-sumpah setia yang engkau ikrarkan di
masa sebelumnya.[19]
6. Sa’i
Sa’i
adalah sebuah pencarian. Jadi ia adalah gerakan yang memiliki tujuan dan di
gambarkan dengan gerakan berlari-lari serta bergegas-gegas. Ketika melakukan
sa’i engkau berperan sebagai Hajar, seorang budak perempuan dari Ethiopia yang
hina dan menghamba kepada Sarah istri nabi Ibrahim as[20].
Melalui Sa’i, diperagakan pengalamannya mencari air untuk putranya Ismail.
Jiwanya penuh dengan rahmat dan kasih sayang ketika hilir mudik antara bukit
Shafa dan Marwah. Hatinya diliputi oleh harapan kepada pertolongan dalm
usahanya itu. Seperti itulah hendaknya anda ketika melakukan Sa’i. Mengharapkan
bantuan ilahi serta rahmat dan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk-Nya[21].
Sa’i
adalah perjuangan fisik. Sa’i berarti mengerahkan tenaga didalam pencarian air
dan roti untuk menghilangkan lapar dan dahaga. Siti Hajar ketika itu berlari
bolak-balik dari shafa kemarwa untuk mencari air. Ia tidak hanya berlari satu
kali lalu berhenti ketika ia tidak menemukan air yang diperlukannya. Ia kembali
lagi, dan berupaya lagi. Setelah sekian kali berupaya, barulah ia menemukan
mata air yang dibutuhkannya itu, atas pertolongan Allah Yang Maha Memberi. Ini
melambangkan suatu persitensi (ketetapan hati) atau upaya tiada kenal lelah dan
tiada kenal henti. Inilah yang disebut “meta kecakapan” di dalam haji, yaitu
suatu kekuatan yang dilandasi prinsip yang tangguh.[22]
Nilai
ridha Allah dalam kegiatan Sa’i, justru ketika sedang berjalan dan berlari,
atau ketika berusaha. Semua upaya dicata oleh Allah SWT sebagai ibadah
kepada-Nya. Kewajiban manusia adakah berusaha tiada henti tanpa kenal putus
asa. Allah yang akan memberikan air zam-zam, sebaai simbol berkah rezeki dan
keselamatan[23].
Kalau
thawaf menggambarkan larut dan meleburnya manusia dalam hadirat illahi, atau
dalam istilah kaum sufi al-fana’ fillah,
maka sa’i menggambarkanusaha manusia mencari hidup, yang dilakukan begitu
selesai thawaf , agar melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan
satu kesatuan dan keterpaduan[24].
7. Arafah
Di
‘Arafah, padang yang luas lagi gersang itu, seluruh jamaah melakukan wukuf
(berhenti) sampai terbenam matahari. Disanalah mereka seharusnya menemukan ma’rifah (pengetahuan)sejati tentang
jati dirinya, akhir perjalanan hidupnya,serta disana pula ia seharusnya
menyadari langkah-langkahnya selama ini, sekaligus menyadari pula betapa besar
dan agung Tuhan yang kepada-Nya bersimbah seluruh makhluk. Kesdaran-kesadaran
itulah yang mengantarkan seseorang di Padang ‘Arafah untuk menjadi arif (sadar)
dan mengetahui. Apabila kearifan telah menghiasi seseorang, maka Anda akan
menemukannya. Wukuf inilah – menurut Rasul Saw.- yang merupakan inti ibadah
haji dan hakikatnya. Ketika anda singgah di ‘Arafah, apakah Anda telah singgah
sebentaur dalam musyahadah
(menyaksikan Tuhan dengan hati)? Kalau tidak, maka anada beleum wukuf! Begitu
kata orang arif.[25]
8. Mina
Persinggahan
(wukuf) di mina adalah yang terlama dan terakhir kali. Persinggahan ini
melambangkan harapan, aspirasi, idealism, dan cinta.cinta adalah tahap terakhir
setelah tahap-tahap pengetahuan dan kesadaran[26].
Di
Mina, yang arti harfiyahnya adalah tempat menumpahkan darah, atau Muna
(tercapainya harapan), jamaah haji disamping melempar jumrah juga menyembelih
binatang. Kini mereka sudah berada di medan pertempuran Mina. Berjuta-juta pejuang
kemerdekaan, yang kecuali kepada Allah tidak taat kepada siapa pun juga,
membentuk barisan yan panjang untuk memerangi godaan dan rayuan setan. Setan
adalah nama yang paling popular diantara nam-nama si perayu kepada kejahatan.
Setan itu jauh dari rahmat Allah. Manusia harus berlindung kepada Allah, dan
menyadari kelemahannya sebagai makhluk, agar ia dapat selamat dari godaan dan
rayuannya. Itu sebabnya dalam berjihad ketika kita melempar jumrah di mina,
kita dianjurkan untuk menyebut atau
memekiken kalimat takbir Allahu Akbar[27].
Makna
inilah yang seharusnya tergambar ketika melontar jumroh. Karena pelontaran
adalah lambing dari permusuhan kita terhadap setan, sekaligus tekad kkita untuk
melawannya. Di mina juga dilakukan penyembelihan binatang kurban. Dalam diri
manusia ada ayng dinamakan nafsu
bahimiyah (nafsu hewani) yang mendorong manusia kepada pemenuhan syahwat
kebinatangan, seperti rakus, tidak pernah puas, ingin menang sendiri, dengki
dan sebagainya. Dorongannafsu bahimmiyah (kebinatangan) ini harus dikikis dari jiwa
manusia. Itulah sebabnya ia dilambangkan dengan menyembeih binatang.. karena,
nafsu sering berkolusi dengan setan atau digunakanuntuk menjerumuskan manusia[28].
9. Tahallul
Selanjutnya
menggunting rambut atau bercukur, atau menggundulnya. Ini merupakan tahap
terakhir pelaksanaan ibadah haji. Ibadah ini, dijadikan lambing keamanan dan
kedamaian. Rambut biasanya hitam itu, di ibaratkan sebagai dosa-doasa yang
telah dilakuka manusia. Mencukurnya, ibarat menanggalkan dosa-dosa itu dari
diri yang bersangkutan. Karena itu semakin banyak yang dicukur semakin baik[29].
Demikian,
ibadah haji merupakan simbol-simbol yang harus dihayati, bukan sekedar kegiatan
dan gerak-gerak tanpa makna. Kegiatan dan gerak tersebut pelu dilakukan dengan
tata cara yang benar, sesuai ketentuan yang diajarkan. Tanpa kesesuaian dengan
ketentuan-Nya, maka ibadah tersebut tidak berarti di sisi-Nya. Wallahu a’lam.
[1] Sayid sabiq, Fikih Sunah jld. 5, hlm.31.
[2] M. Quraish shihab, HAJI bersama M. Qurais shihab panduan praktis
menuju haji mabrur, hlm. 83.
[3] Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul Asrar. Trjmh. K.H. Zezen
Zaenal Abidin, hlm. 133-134.
[4] M. Quraish Shihab, opcit. Hlm.161
[5] Sayid Sabiq, opcit. Hlm. 161
[6] Opcit. M. Quraish Shihab, hlm.173
[7] Ibid. hlm. 175.
[8] Opcit. Sayid Sabiq, hlm. 218
[9] Opcit. M. Quraish Shihab, hlm. 183
[10] Ali shariati, hajj, trjmhn. Hlm. 8
[11] As-syeikh Abdul Qadir Jaelani, sirrul asrar, trjmhn, hlm. 134
[12] Opcit. Ali sariati, hlm. 16
[13] Ibid. hlm. 12
[14] Ibid. hlm.28
[15] Opcit. As-syeikh Abdul Qadir Jaelani, hlm 135
[16] 0pcit. Ali syariati, hlm. 31
[17] Ary Ginanjar Agustian, ESQ, hlm. 268
[18] Opcit. M. Quraish Shihab, hlm.112
[19] Opcit. Ali Syariati, hlm. 36
[20] Ibid. hlm. 46
[21] Opcit. M. Quraish Shihab, hlm. 114
[22] Opcit. Ary ginanjar agustian, hlm. 271
[23] Ibid.
[24] Opcit. M. Quraish Shihab, hlm 116
[25] Ibid. hlm. 117-118
[26] Opcit. Ali Syariati, hlm.87
[27] Opcit, M.Quraish Shihab, hlm. 120
[28] Ibid. hlm. 122-123
[29] Ibid. hlm. 124
terima kasih atas artikelnya
BalasHapusdan saya minta izin tuk mengcopy isi materi tersebut
sama-sma, silahkan.. :)
Hapus