POTENSI JASMANI DAN RUHANI PADA MANUSIA
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
pada Mata Kuliah Tafsir
III
Dosen: Ahmad
Ali Nurdin, Ph.D
Disusun oleh:
Enjen Zaenal Mutaqin: 1209103010
TH/IV/A
JURUSAN TAFSIR
HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1432 H/ 2011 M
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tidak sedikit ayat Al-Quran yang
berbicara tentang manusia. Bahkan manusia adalah makhluk pertama yang telah
disebut dua kali dalam rangkaian wahyu Tuhan yang pertama, (QS 96:1-5). Manusia
di dalam Al-Quran sering mendapat pujian Tuhan, seperti pernyataan terciptanya
manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (QS 95: 5). Kemudian
penegasan tentang dimulyakannya makhluk ini dibandingkan dengan kebanyakan
makhluk-makhluk lain (QS 17: 70). Tetapi di samping itu, sering pula manusia
mendapat celaan tuhan, separti bahwa ia amat aniaya dan ingkar nikmat (QS: 14:
34), dan sangat banyak membantah (QS: 18: 54), serta bersifat keluh kesah lagi
kikir (QS 70: 19).
Ayat-ayat Al-Quran ini menurut M.
Quraish Shihab bukan berarti bertentangan satu dengan yang lainnya. Tetapi
ayat-ayat tersebut menunjukan bahwa kelemahan-kelemahan manusia agar
dihindarinya, di samping menunjukan bahwa makhluk ini mempunyai potensi
(kesediaan) untuk menempati tempat tertinggi, sehingga ia terpuji, atau
ditempat rendah, sehingga ia tercela. Al-Quran menjelaskan bahwa manusia
diciptakan dari tanah, dan setelah sempurna kejadiannya, dihembuskan-Nyalah
kepadanya Ruh ciptaan Tuhan (QS 38: 71-72). Dari sini jelas bahwa manusia
terdiri dari dua unsur pokok, yaitu gumpalan tanah dan hembusan Ruh. Ia adalah
kesatuan dari kedua unsur tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Bila dipisah,
maka ia bukan lagi manusia, sebagaimana halnya air, yang merupakan perpaduan
antara oksigen dan hydrogen, dalam kadar-kadar tertentu bila salah satu
diantaranya terpisah, maka ia bukan air lagi.[1]
Pada umumnya
para ahli membagi subtansi manusia atas jasad dan ruh, tanpa memasukkan nafs. Masing-masing aspek yang berlawanan ini pada prinsipnya saling
membutuhkan, jasad tanpa ruh merupakan substansi yang mati, sedang ruh tanpa jasad
tidak dapat teraktualisasi. Pembagian substansi tersebut antara lain:
1) Substansi jasmani
Jasad
adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme
fisik manusia lebih sempurna di banding dengan organisme fisik makhluk-makhluk
lain. Setiap makhluk biotik lahiriyah memiliki unsur material yang sama, yakni
terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air. Jisim manusia memiliki natur tersendiri. Al-Farabi menyatakan
bahwa komponen ini dari alam ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas,
berkadar, bergerak dan diam serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ.
Begitu juga al-Ghazali memberikan sifat komponen ini dengan dapat bergerak,
memiliki ras, berwatak gelap dan kasar, dan tidak berbeda dengan benda-benda
lain. Sementara Ibnu Rusyd berpendapat bahwa komponen jasad merupakan komponen
materi, sedang menurut Ibnu Maskawaih bahwa badan sifatnya material, Ia hanya
dapat menangkap yang abstrak. Jika telah menangkap satu bentuk kemudian
perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain maka bentuk pertama itu lenyap.
2) Substansi rohani
Ruh
merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya. Sebagian
ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism latief), ada yang substansi
sederhana (jaubar basiib), dan ada juga substansi ruhani (jaubar ruhani). Ruh
yang menjadi pembeda antara esensi manusia dengan esensi makhluk lain. Ruh
berbeda dengan spirit dalam terminologi psikologi, sebab term ruh memiliki arti
jaubar (subtance) sedang spirit lebih bersifat aradh (accident).
Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan awal jisim alami manusia yang tinggi yang memiliki kehidupan dengan daya. Sedang bagi al-Farabi, ruh berasal dari alam perintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad.
Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan awal jisim alami manusia yang tinggi yang memiliki kehidupan dengan daya. Sedang bagi al-Farabi, ruh berasal dari alam perintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad.
Menruut Ibnu Qoyyim
al-Jauzy menyatakan pendapatnya bahwa, roh merupakan jisim nurani yang tinggi,
hidup bergerak menembusi anggota-anggota tubuh dan menjalar di dalam diri
manusia. Sedangkan menurut Imam al-Ghazaly berpendapat bahwa roh itu
mempunyai dua pengertian : roh jasmaniah dan roh rihaniah. Roh jasmaniah ialah
zat halus yang berpusat diruangan hati (jantung) serta menjalar pada semua urat
nadi (pembuluh darah) tersebut ke seluruh tubuh, karenanya manusia bisa
bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta bisa berpikir,
atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah
bagian dari yang ghaib. Dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri,
dan mengenal Tuhannya serta menyadari keberadaan orang lain (kepribadiam,
ber-ketuhanan dan berperikemanusiaan), serta bertanggung jawab atas segala
tingkah lakunya. Berbeda dengan Prof. Dr.
Syekh Mahmoud Syaltout yang mengatakan bahwa roh itu memang sesuatu yang ghaib
dan belum dibukakan oleh Allah bagi manusia, akan tetapi pintu penyelidikan
tentang hal-hal yang ghaib masih terbuka karena tidak ada nash agama yang
menutup kemungkinannya.
Manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber dari gumpalan tanah tersebut
memnuhinya ala manusia, bukan ala binatang. Demikian pula dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ruhaniah pun ala manusia bukan ala malaikat. Sebab kalau
tidak, ia akan menjadi binatang atau malaikat, yang keduanya akan membawa jauh
dari hakikat kemanusiaannya. Di dalam ayat lain, dijelaskan bahwa sebelum
diciptakannya manusia, Tuhan telah menyampaikan rencana penciptaan ini kepada
malaikat, yaitu agar makhluk ini menjadi khalifah (kuasa atau wakil) Tuhan di
bumi (QS 2: 30). Dari sini jelas bahwa hakikat wujud manusia dalam kehidupan
ini adalah melaksanakan tugas kekhalifahan: membangun dan mengolah dunia ini sesuai
dengan kehendak ilahi. Karenanya ditetapkanlah tujuan hidupnya, yakni mengabdi
kepada Allah (QS 51: 56).
Menurut
M. Quraish Shihab, Untuk menyukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah Tuhan di dunia ini, Allah SWT memperlengkapi
makhluk ini dengan potensi-potensi tertentu, antara lain: (1) kemampuan untuk
mengetahui sifat-sifat, fungsi, dan kegunaan, segala macam benda. Hal ini
tergambar dalam firman Allah: Dia telah
mengajarkan kepada Adam nama (benda-benda) seluruhnya (QS 2: 31). (2)
Ditundukannya bumi, langit, dan segala isinya: bintang-bintang, planet-planet,
dan lain sebagainya, oleh Allah kepada makhluk ini. Potensi ketiga dan keempat
yang di anugrahkan Allah kepada makhluk ini adalah: akal pikiran serta panca
indra (QS 67:23), dan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan dunia ini
(Qs 13: 11). Potensi-potensi inilah yang mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia di alam ini..[2]
BAB II
PEMBAHASAN
1. POTENSI JASMANI
A.
Jasad
(Anggota Tubuh)
Qs. Attaghabun [64]: 3
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Èd,ptø:$$Î/ ö/ä.u§q|¹ur z`|¡ômr'sù ö/ä.uuqß¹ ( Ïmøs9Î)ur çÅÁyJø9$# ÇÌÈ
Artinya:
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu
dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).”
Tafsir ibnu katsir:
ثم قال: ( خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ ) أي: بالعدل
والحكمة،
( وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ ) أي: أحسن أشكالكم، كقوله
تعالى:
( يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ الَّذِي
خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ )
[الانفطار : 6-8]
Kemudian berkata: (Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq) yaitu: dengan adil dan
bijaksana, (Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu) yaitu:
sebaik-baiknya bentuk, seperti firman Allah ta’ala: ( Hai
manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan ( susunan tubuh)mu seimbang. Dalam bentuk apa saja
yang dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu ) [Al-Infithar: 8-6]
وكقوله: ) اللَّهُ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ
فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ( الآية [غافر
: 64]
Firman Allah: (
Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit
sebagai atap, dan membentukmu lalu memperindah rupamu serta memberimu rezeki
dari yang baik-baik.) [al-Ghafir: 64]
Allah berfirman
bahwa Dia sendiri bukan selain-Nya
yang telah menciptakan langit yang
berlapis tujuh itu dengan segala isinya dan
bumi yang terhampar ini dengan segala penghuninya dengan tujuan yang haq
yakni benar dan disamping itu Dia telah membentuk kamu dengan satu bentuk yang unik maka Dia membaguskan bentuk kamu sebaik-baiknya sehingga dengan demikian kamu
semua berpotensi untuk berfungsi sesuai dengan fungsi yang merupakan tujuan
Allah menciptakan kamu yakni menjadi khalifah dan beribadah kepada-Nya dan hanya kepada-Nya tempat kembali segala
sesuatu.
Penciptaan langit dan bumi dengan haq
antara lain berarti dengan tujuan benar. Ia tidak diciptakan Allah secara
sia-sia tanpa tujuan yang benar.manusia pun merupakan salah satu makhluk yang
terdapat dibumi tidak diciptakan sia-sia, tanpa tujuan (QS 23: 115-116).
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi sekaligus pengabdi kepada
Allah. Manusia harus mempertanggungjawabkan amal-amalnya, dan akan menerima
hasilnya kelak di hari Kemudin.
Kata ( /ä.u§q|¹u ) shawwarakum menunjukan kepada sifat
Allah al-Mushawir. Perlu dicatat
pernyataan ayat di atas bahwa Allah telah
membaguskan bentuk kamu tidak harus berarti bahwa manusia adalah makhluk
yang termulia dan terbaik. Ayat ini sebagaimana QS. At-Tin [95]: 4, tidak dapat
dijadikan dasar untuk hal tersebut. Keduanya hanya berarti bahwa manusia
diciptakan Allah dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya dalam
konteks tujuan penciptaannya sebagai makhluk yang bertugas menjadi khalifah di
bumi sekaligus beribadah kepada Allah SWT. [3]
Muffasir Al-Qurtubi didalam tafsir
Jamiul ahkamnya memahami kata al-insan
(“manusia”) yang ditunjukan dalam surah at-Tin ayat 4 sebagai manusia-manusia
yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini ditolak oleh banyak mufasir dengan alas
an antara lain adanya pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikutnya, yaitu,
kecuali orang-orang yang beriman. Ini
menunjukan bahwa “manusia” yang dimaksud adalah jenis manusia secara umum,
mencakup yang Mukmin maupun yang kafir.
Menurut Ar-Raghib Al-Asfahany, seorang
pakar bahasa Al-Quran, memandang kata ahsana
taqwim sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang,
yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang
menyebabkan manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Jika demikian,
tidaklah tepat, menurut hemat penulis, memahami ungkapan “sebaik-baik bentuk”
terbatas dalam pengertian fisik semata. Ayat ini dikemukakan dalam konteks
penggambaran anugerah Allah kepada manusia, dan tentu tidak mungkin anugerah
tersebut terbatas pada bentuk fisik. Apalagi, secara tegas Allah mengecam
orang-orang yang bentuk fisiknya baik namun jiwa dan akalnya kosong dari
nilai-nilai agama, etika dan pengetahuan.
B.
Indra
dan Akal
Qs. An-Nahl [16]: 78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.”
Tafsir Jami’
li Ahkam Al-Qurtuby
Di dalam kitab tafsir jamiul ahkam karya
al qurtubi dijelaskan sebagai berikut:
قوله تعالى : {وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئاً} ذكر أن من نعمه أن أخرجكم من بطون أمهاتكم أطفالا لا علم لكم بشيء. وفيه
ثلاثة أقاويل : أحدها : لا تعلمون شيئا مما أخذ عليكم من الميثاق في أصلاب آبائكم.
الثاني : لا تعلمون شيئا مما قضى عليكم من السعادة والشقاء. الثالث : لا تعلمون
شيئا من منافعكم ؛ وتم الكلام ، ثم ابتدأ فقال : {وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ} أي التي تعلمون بها وتدركون ؛ لأن الله جعل ذلك
لعباده قبل إخراجهم من البطون وإنما أعطاهم ذلك بعدما أخرجهم ؛ أي وجعل لكم السمع
لتسمعوا به الأمر والنهي ، والأبصار لتبصروا بها آثار صنعه ، والأفئدة لتصلوا بها
إلى معرفته. والأفئدة : جمع الفؤاد نحو غراب وأغربة. وقد قيل في ضمن قوله
{وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ} إثبات النطق لأن من لم يسمع لم يتكلم ، وإذا وجدت
حاسة السمع وجد النطق. وقرأ الأعمش وابن وثاب وحمزة "إمهاتكم" هنا وفي
النور والزمر والنجم ، بكسر الهمزة والميم. وأما الكسائي فكسر الهمزة وفتح الميم ؛
وإنما كان هذا للإتباع. الباقون بضم الهمزة وفتح الميم على الأصل. وأصل الأمهات :
أمات ، فزيدت الهاء تأكيدا كما زادوا هاء في أهرقت الماء وأصله أرقت. وقد تقدم هذا
المعنى في "الفاتحة". {لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} فيه تأويلان : أحدهما :
تشكرون نعمه. الثاني : يعني تبصرون آثار صنعته ؛ لأن إبصارها يؤدي إلى الشكر.
Allah berfirman: (Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun) menjelaskan bahwasannya sebagian dari ni’mat Allah adalah
dikeluarkannya kamu dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan masih kecil tanpa
mengetahui sesuatu apapun. Disini ada tiga pendapat: pertama: tidak mengetahui
sesuatu apapun dari sesuatu yang diambil dari uslub ayah. Kedua: tidak
mengetahui isesuatu apapun tentang ketetapan baginya atas kebahagiaan dan
kecelakaannya. Ketiga: tidak mengetahui sesuatu apapun dari manfaat mereka, dan
sempurna ucapan, kemudian memulai dengan firman Allah: (dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati) yaitu yang
dengan itu semua mereka dapan mengetahui dan menemukan, karena sesunggunya
Allah menjadikan semua itu untuk beribadah kepada-Nya sebelum mengeluarkan
kalian dari perut dan sesungguhnya semua itu diberikan sesudah kalian
dikeluarkan, yaitu Allah menjadikan untuk kalian pendengaran untuk mendengarkan
perintah dan larangan Allah, dan menjadikan mata untuk melihat bentuk
ciptaan-Nya, dan menjadikan hati untuk digunakan kepada ma’rifat kepada Allah.
Kata “al-afidah”
jama dari kata “fawaid” seperti kata ghuraba dan aghrabuhu. Kemudian ada yang
mengatakan di dalam kandungan firman Allah: “dan allah member kalian
pendengaran” penetapan ucapan karena orang yang tidak mendengar maka dia tidak
akan berbicara, dan ketika orang menemukan sesuatu yang dapat didengarnya maka
dia akan menemukan pembicaraannya.
A’mas, Ibnu Wasab,
dan Hamzah membaca ‘imihatikum” seperti pada surah an-nur, az-zumar, dan
an-nazm, dengan membaca kasrah hamzah dan mim nya. Adapun al Kisai membaca
kasrah hamzahnya dan membaca fathah mimmnya, dan sesungguhnya ini adalah untuk
itba’. Dan ulama selain yang telah disebutkan tadi membaca dlomah hamzahnya dan
membaca fathah mimnya menurut asal. Dan asal kata “alumahat” adalah “amaat”,
maka ditambah Ha penguat seperti ditambahkannya Ha pada kata “ahraqat al mau”
asalanya “araqat”. Dan telah dijelaskan terdahlu ma’na ini di dalam surat
al-fatihah.
Di dalam firman Allah: (agar kamu bersyukur)
terdapat dua ta’wil; yang pertama: bersyukur atas ni’mat. Yang kedua, yaitu
mereka menggunakan penglihatannya untuk melihat bentuk ciptaaan-Nya, karena
melihatnya menunjukan kepada bersyukur.
Dalam ayat ini, Allah telah
memberitahukan kita semua, dari mana kita berasal dan dari mana kita bisa
terlahir ke dunia ini. Allah memberitahu kita bahwa kita sempat berada di alam
rahim ibu kita, dimana kita hidup didalam sana. Kita mengikuti kemana pun ibu
kita pergi. Ketika saatnya kita harus terlahir ke dunia, Allah mengeluarkan
kita dari perut ibu kita. Allah yang Maha kuasa, sanggup melakukan apapun yang
tidak mungkin bisa kita lakukan sendiri. Jika kita renungkan, bagaimana bisa
kita waktu dalam kandungan ibu bisa hidup sampai kita dilahirkan dan bagaimana
kita yang berukuran lebih besar dari pada rahim ibu bisa keluar terlahir ke
dunia ini, sungguh semua ini adalah hal-hal yang luar biasa.
Allah mengeluarkan
kita dari perut ibu kita dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Sama sekali
tidak kenal siapa dan apa yang ada di sekitar kita. Tapi tentu Allah tidak
membiarkan kita terlahir begitu saja tanpa mengetahui apa-apa, Allah memberikan
kita modal pendengaran, penglihatan dan hati untuk itu kita bisa hidup dan
berkembang di dunia ini memanfaatkan apa yang telah Allah sediakan. Allah
berikan semua itu tentu memiliki fungsi dan manfaat yang harus kita gunakan
sesuai dengan tempatnya dan hak-haknya. Sebagaimana mestinya pendengaran kita
gunakan untuk mendengar hal-hal yang baik, penglihatan kita gunakan untuk
menglihat hal-hal yang baik juga serta hati kita gunakan untuk berhusnudzon
terhadap segala sesuatu yang ada.
Yang dimaksud dengan hati adalah
akal yang berpusat di kalbu demikianlah menurut pendapat yang shahih. Daya dan
indra ini diperoleh manusia secara berangsur-angsur. Setiap kali tumbuh
bertambahlah daya pendengaran, penglihatan, dan akal hingga dewasa.
Penganugrahan daya itu dimaksudkan agar dia dapat beribadah kepada Rabbnya dan
dijadikan sarana pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur atas
aneka nikmat-nikmat-Nya yang tidak terhitung.
Tafsir Jami’ Al-Bayan At-Thobari
لأن
ذلك إنما هو أن يقال له كن فيكون.
كما
حدثنا محمد بن عبد الأعلى، قال: ثنا محمد بن ثور، عن معمر، عن قتادة( إِلا كَلَمْحِ
الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ ) والساعة: كلمح البصر، أو أقرب.
حدثنا
الحسن بن يحيى، قال: أخبرنا عبد الرزاق، قال: أخبرنا مَعْمر، عن قتادة( وَمَا
أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ ) قال: هو أن يقول: كن، فهو كلمح البصر
فأمر الساعة كلمح البصر أو أقرب، يعني يقول: أو هو أقرب من لمح البصر.
وقوله(
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ) يقول: إن الله على إقامة الساعة في
أقرب من لمح البصر قادر، وعلى ما يشاء من الأشياء كلها، لا يمتنع عليه شيء أراده.
القول
في تأويل قوله تعالى : { وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا
تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78) }
يقول
تعالى ذكره: والله تعالى أعلمكم ما لم تكونوا تعلمون من بعد ما أخرجكم من بطون
أمهاتكم لا تعقلون شيئا ولا تعلمون، فرزقكم عقولا تفقهون بها ، وتميزون بها الخير
من الشرّ وبصَّركم بها ما لم تكونوا تبصرون، وجعل لكم السمع الذي تسمعون به
الأصوات، فيفقه بعضكم عن بعض ما تتحاورون به بينكم والأبصار التي تبصرون بها
الأشخاص فتتعارفون بها وتميزون بها بعضا من بعض.( وَالأفْئِدَةَ ) يقول: والقلوب
التي تعرفون بها الأشياء فتحفظونها وتفكرون فتفقهون بها.( لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
) يقول: فعلنا ذلك بكم، فاشكروا الله على ما أنعم به عليكم من ذلك، دون الآلهة
والأنداد، فجعلتم له شركاء في الشكر، ولم يكن له فيما أنعم به عليكم من نعمه شريك.
وقوله(
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا )
كلام متناه، ثم ابتدئ الخبر، فقيل: وجعل الله لكم السمع والأبصار والأفئدة. وإنما
قلنا ذلك كذلك، لأن الله تعالى ذكره جعل العبادة والسمع والأبصار
Tetapi karena yang mengatakan kepadanya, Seperti Muhammad bin Abd a’la, ia berkata: Muhammad bin tsauri, untuk Muammar dari Qatada (kecuali sekejap mata, atau yang paling dekat) dan waktu: sekejap, atau lebih cepat. Dikisahkan Hassan bin Yahya, mengatakan: "Katakan Abdul Razak, mengatakan:" Katakan Muammar dari Qatada (dan waktu hanya sekejap) berkata: Ini adalah untuk mengatakan: Jadilah, memerintahkan dengan sekejap, atau lebih dekat, saya bermaksud mengatakan: adalah yang paling dekat dari cahaya.
Dan Dia (Allah atas segala sesuatu) berkata:
"Allah adalah untuk menetapkan pada saat awal mampu sekejap mata, dan
segala sesuatu apa yang dia ingin, tidak menolak untuk melakukan apapun yang ia
inginkan.
Katakanlah dalam penafsiran ayat: (Dan Allah membawa
kamu keluar dari rahim ibu kamu tanpa mengetahui
apa-apa, dan memberikan kamu pendengaran dan penglihatan dan hati supaya kamu
bersyukur )
Allah berkata: Allah SWT memberitahu kamu tentang apa yang kamu tidak tahu, setelah itu telah membawa kamu keluar dari rahim ibu kamu tidak memahami sesuatu dan tidak tahu, dampak pemahaman dan persepsi kita, dan membedakan yang baik dari yang jahat oleh apa yang tidak kamu lihat, dan memberi kamu pendengaran agar kamu mendengar
suara tersebut, satu sama lain untuk
beberapa kamu dengan mata yang melihat, mereka membedakan beberapa dari yang
lain (Dan hati) mengatakan:. dan hati bahwa Anda mengetahui hal-hal tersebut,
berpikir (Anda mungkin bersyukur) untuk mengatakan: kami melakukannya untuk
kamu , Allah pun berkat kepada kamu.
Dan Dia (Allah membawa engkau
keluar dari rahim ibu kamu tanpa tahu apa-apa) ada batasannya, dan kemudian
secara resmi, dikatakan: dan Allah membuat untuk kamu pendengaran dan
penglihatan dan hati. Tapi kami telah berkata demikian, karena Allah swt
berkata kepadamu beribadahlah dengan pendengaran dan penglihatan.
Ketika Allah memberikan
perintah maka perintah itu akan dilaksanakan dengan sekejap, dengan waktu yang
sangat singkat bahkan lebih singkat dari sebuah cahaya yang datang dan lebih
dekat. Tidak ada yang dapat menghalangi keinginan Allah, apapun yang Dia
inginkan semuanya pasti terlaksana tanpa terkecuali dan tidak ada satupun yang
dapat menggagalkannya. Dan ketika Allah berkehendak untuk mengeluarkan kita
dari rahim ibu kita, maka kita pun terlahir ke dunia ini, dengan ketentuan yang
telah Allah tetapkan bahwa kita terlahir tanpa mengetahui apa-apa. Akan tetapi
Allah tidak begitu saja membiarkan kita tidak mengetahui apa-apa, Allah
memberikan kita modal untuk mendapatkan pengetahuan itu. Allah memberi kita
pendengaran dan penglihatan sebagai modalnya, dengan modal itu kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang ada disekitar kita, kita juga dapat membedakan
mana yang baik dan yang buruk, dan kita juga dapat memilih jalan yang kita
tempuh. Maka Allah pun memerintahkan kita untuk beribadah dengan pendengaran
dan penglihatan.
Tafsir Ar-Rozi (( التفسر الرازي
واعلم
أن هذا الاعتراض إنما يستقيم على مذهب القاضي ، أما على قولنا في أنه تعالى يفعل
ما يشاء ويحكم ما يريد فليس له قوة والله أعلم ، ثم إنه تعالى عاد إلى الدلائل
الدالة على وجود الصانع المختار فقال : { والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون
شيئاً } وفيه مسائل :
المسألة
الأولى : قرأ حمزة والكسائي { إمهاتكم } بكسر الهمزة ، والباقون بضمها .
المسألة
الثانية : أمهاتكم أصله أماتكم ، إلا أنه زيد الهاء فيه كما زيد في أراق فقيل :
إهراق وشذت زيادتها في الواحدة في قوله :
Saya tahu bahwa pembelaan ini sesungguhnya merupakan kebenaran pada hakim yang bermadzhab , tetapi pada pandangan kami pada yang Maha Kuasa untuk melakukan apa yang Dia inginkan dan menilai apa yang ia inginkan ia tidak memiliki kekuatan dan Tuhan yang tahu, maka dia bilang dia kembali ke pada fungsi dari sebuah tempat yang dipilih, ia berkata: (Dan Allah membawa kamu keluar dari rahim ibu kamu tanpa mengetahui apa-apa ) dalam ayat ini ada dua masalah:
masalah pertama: Hamzah dan Kisai membaca “imahatikum” dengan membaca kasrah
hamzahnya, sedangkan ulama yang lain membaca dlomah. Masalah yang kedua: kata
“umahatikum” salanya dari kata “amaatikum”,
yaitu ditambah Ha seperti pada kata “araqa” menjadi “ihraqa”.
Banyak yang memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap apa yang
mereka lihat dan dengar, tetapi pandangan tentang Allah tidak bisa berbeda-beda
karena Allah memang yang paling Maha Kuasa atas segala sesuatu tidak ada yang
dapat menandingi-Nya. Allah lebih tahu, bahkan Allah tahu apa yang ghaib yang
tidak kita ketahui. Seperti halnya Allah tahu kapan saatnya kita terlahir
kedunia ini, Allah lalu berkuasa mengeluarkan kita dari rahim ibu kita.
Tafsir
Al-Misbah
Sayyid Quthub
menjadikan ayat ini sebagai pemaparan contoh sederhana dalam kehidupan manusia
yang tidak dapat terjangkau olehnya yakni kelahiran, padahal itu terjadi setiap
saat, siang dan malam persoalan ini adalah gaib yang dekat tetapi sangat jauh
dan dalam untuk menjangkaunya. Memang boleh jadi manusia dapat melihat
tahap-tahap pertumbuhan janin, tetapi dia tidak mengetahui bagaimana hal
tersebut terjadi karena rahasianya merupakan rahasia kehidupan.
Ayat ini menyatakan : Dan
sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan ilmu-Nya. Ketika Dia mengelurkan
kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun yang ada disekeliling kamu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan-penglihatan dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih
pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-alat tersebut sesuai
dengan tujuan Allah menganugrahkannya kepada kamu.
Ayat di atas menggunakan kataالسمع as-sam / pendengaran dengan bentuk tunggal dan
menempatkannya sebelum kata الأبصا ر al-abshar/ penglihatan-penglihatan
yang berbentuk jamak serta الأفئد ة al-afidah/aneka hati yang juga berbentuk jama.
Kata al-afidah adalah bentuk jamak dari kata فؤاد fu’ad yang penulis terjemahkan dengan aneka hati guna menunjuk
makna jamak itu. Kata ini di pahami oleh banyak ulama dalam arti akal. Makna
ini dapat diterima jika yang dimaksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan
daya kalbu, yang menjadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerumus dalam
kesalahan dan kedurhakaan.
Didahulukannya
kata pendengaran atas penglihatan, merupakan perurutan yang
sungguh tepat, karena memng ilmu kedokteran modernmembuktikan bahwa indra
pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri
seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra-indra penglihatan baru
bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam. Adapun
kemampuan akal dan mata hati yang berfungsi membedakan yang baik dan yang
buruk, maka ini berfungsi jauh setelah yang kedua indra tersebut diatas. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat
diatas mencerminkan pada tahap
perkembangan fungsi indra-indra tersebut.
Firman-Nya diatas menunjuki pada
alat-alat pokok yang digunakan guna meraih pengetahuan yang alat pokok pada objek
yang bersifat materia adalah mata dan telinga, sedang pada objek yang bersifat
immaterial adalah akal dan hati.
Firman-Nya لا يعلمون شيئا Tidak mengetahui suatu
apapun dijadikan oleh para pakar sebagai bukti bahwa manusia lahir tanpa
sedikit pengetahuan pun.
Ada gabungan akal dan kalbu, pada
saat kita terlahir kedunia kita tidak mempunyai pengetahuan apa-apa tapi kita
memiliki pendengaran dan penglihatan. Ketika kita masih bayi, alat indra yang
paling dahulu kita gunakan adalah pendengaran. Jadi penglihatan di dahului
dengan pendengaran. Bayi lebih peka terhadap pendengaran dan lebih memahami apa
yang dia dengar. Sedangkan akal dan mata hati berfungsi jauh setelah
pendengaran dan penglihatan berfungsi. Akal dan mata hati memiliki fungsi untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Adapun perkembangan pertumbuhan
fungsi alat-alat indera adalah :
1.
Pendengaran
mulai tumbuh pada pekan-pekan pertama.
2.
Indera-indera
pendengaran bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna pada bulan keenam.
3.
Akal dan mata
hati berfungsi setelah pendengaran dan penglihata.
Tafsir Al-Azhar
Dan Allah telah
mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun. Gelap dunia ini kita hadapi, hanya dengan tangis kita
menghadapi dunia ketika kita mulai keluar dari perut ibu. Tidak ada yang kita
ketahui selain dari anugrah ilahi yang dinamai Gharizah atau naluri menangis
kalau terasa dingin, menangis kalau terasa lapar, menangis kalau terasa panas
dan dijadikannya untuk kamu pendengaran dan penglihatan dan hati. “dengan
berangsur-angsur tumbuhlah pendengaran maka terdengarlah suara-suara dari yang
dekat sampai kepada yang jauh, lalu sama ditumbuhkan pula penglihatan, sehingga
dapat memperbedakan berbagai warna, dan dapat memperhatikan wajah ibu yang
sedang menyusukan dan pendengaran serta penglihatan itu dituntut oleh
perkembangan hati yaitu perasaan dan fikiran sampai berangsur-angsur besar dan
dewasa, bertambah lama, bertambah matang, sampai menjadi manusia yang berbudi
bahasa bersopan dan bersantun, sanggup memikul taklif yaitu tanggung jawab yang
dipikulkan oleh Allah keatas pundak, menjadi anggota penuh dari perikemanusiaan
“supaya kamu bersyukur”.
Pada saat kita terlahir kedunia, hanya tangis yang pertama kita
lakukan. Sampai kita menginjak pertumbuhan, ketika kita bayi kita hanya dapat
berinteraksi dengan menangis. Apapun yang kita rasakan kita menangis agar
orang-orang disekitar kita memenuhi keinginan kita pada saat kita bayi. Semakin
kita tumbuh maka pendengaran dan penglihatan begitupun akal dan hati akan ikut
tumbuh menjadi semakin matang dan semakin dewasa. Semua proses pertumbuhan
berjalan sebagaimana yang Allah kehendaki. Jasmani dan rohani kita terus tumbuh
dan tumbuh.
2.
POTENSI RUHANI
A.
Ruh
QS. As-Sajdah: 9
ثُمَّ
سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُون
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,penglihatandanhati;(tetapi)kamusedikitsekalibersyukur
Tafsir At Thabari:
القول في تأويل قوله تعالى : ( ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ
رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا
تَشْكُرُونَ)
يقول تعالى ذكره: ثم سوّى الإنسان الذي بدأ خلقه من طين خلقا سويا
معتدلا(وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ) فصار حيا ناطقا( وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ ) يقول: وأنعم عليكم أيها
الناس ربكم بأن أعطاكم السمع تسمعون به الأصوات، والأبصار تبصرون بها الأشخاص
والأفئدة، تعقلون بها الخير من السوء، لتشكروه على ما وهب لكم من ذلك.
وقوله:(قَلِيلا ما تَشْكُرُونَ) يقول: وأنتم تشكرون قليلا من الشكر ربكم على ما
أنعم عليكم
Pendapat dalam menfsirkan firman Allah:
(Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi)kamu sedikit sekali bersyukur)
Firman Allah menjelaskan: Kemudian
Allah menyempurnakan manusia yang
pertamanya dibuat dari tanah dengan penciptaan yang sempurna (dan meniupkan
kedalam tubuh nya ruh) maka jadilah ia hidup dan dapat berbicara (dan Allah
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati tetapi sedikit sekali
bersyukur) berkata: Dan nikmat bagi kamu sekalian hai manusia dari tuhanmu
yaitu Dia memberi kamu pendengaran yang dengan itu kamu bisa mandengar
suara-suara, member kami penglihatan agar dapat melihat benda-benda, dan membi
kamu hati supaya kamu dapat mengetahui dengannya kebaikan dan keburukan, agar
kamu semua bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kamu sekalian.
Dan firman-Nya: (tetapi sedikit sekali yang bersyukur) berkata: dan diantara
kamu sekalian hanya sedikit yang bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan
kepadamu.
Tafsir Ar Razi:
وقوله تعالى : ( ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلاَلَةٍ مّن مَّاء
مَّهِينٍ ) على التفسير الأول ظاهر لأن آدم كان من طين ونسله من سلالة من ماء مهين
هو النطفة ، وعلى التفسير الثاني هو أن أصله من الطين ، ثم يوجد من ذلك الأصل
سلالة هي من ماء مهين ، فإن قال قائل التفسير الثاني غير صحيح لأن قوله : ( بدأ
خلق الإنسان . . . ثم جعل نسله ) دليل على أن جعل النسل بعد خلق الإنسان من طين
فنقول لا بل التفسير الثاني أقرب إلى الترتيب اللفظي فإنه تعالى بدأ بذكر الأمر من
الابتداء في خلق الإنسان فقال بدأه من طين ثم جعله سلالة ثم سواه ونفخ فيه من روحه
وعلى ما ذكرتم يبعد أن يقال : ( ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ )
عائد إلى آدم أيضاً لأن كلمة ثم للتراخي فتكون التسوية بعد جعل النسل من سلالة ،
وذلك بعد خلق آدم ، واعلم أن دلائل الآفاق أدل على كمال القدرة كما قال تعالى :
( لَخَلْقُ السموات والأرض أَكْبَرَ ) [ غافر : 57 ]
Artinya: sungguh penciptaan langit dan bumi itu lebih
besar dari pada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.( Al-Ghafir : 57)
ودلائل الأنفس أدل على نفاذ الإرادة فإن التغيرات فيها كثيرة وإليه
الإشارة بقوله : ( ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ . . . ثُمَّ سَوَّاهُ ) أي كان طيناً
فجعله منياً ثم جعله بشراً سوياً ، وقوله تعالى : ( وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ )
إضافة الروح إلى نفسه كإضافة البيت إليه للتشريف ، واعلم أن النصارى يفترون على
الله الكذب ويقولون بأن عيسى كان روح الله فهو ابن ولا يعلمون أن كل أحد روحه روح
الله بقوله : ( وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ) أي الروح التي هي ملكه كما يقول
القائل داري وعبدي ، ولم يقل أعطاه من جسمه لأن الشرف بالروح فأضاف الروح دون
الجسم على ما يترتب على نفخ الروح من السمع والبصر والعلم فقال تعالى : ( وَجَعَلَ لَكُمُ السمع والأبصار والأفئدة
قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ ) وفيه مسائل :
المسألة الأولى : قال ( وجعل لكم ) مخاطباً ولم يخاطب من قبل وذلك
لأن الخطاب يكون مع الحي فلما قال : ( وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ) خاطبه من
بعده وقال ( جعل لكم ) ، فإن قيل الخطاب واقع قبل ذلك كما في قوله تعالى : ( وَمِنْ ءاياته أَنْ خَلَقَكُمْ مّن
تُرَابٍ ) [ الروم : 20 ]
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak.
فنقول هناك لم يذكر الأمور
المرتبة وإنما أشار إلى تمام الخلق ، وههنا ذكر الأمور المرتبة وهي كون الإنسان
طيناً ثم ماءً مهيناً ثم خلقاً مسوى بأنواع القوى مقوي فخاطب في بعض المراتب دون
البعض .
المسألة الثانية : الترتيب في السمع والأبصار والأفئدة على مقتضى
الحكمة ، وذلك لأن الإنسان يسمع أولاً من الأبوين أو الناس أموراً فيفهمها ثم يحصل
له بسبب ذلك بصيرة فيبصر الأمور ويجريها ثم يحصل له بسبب ذلك إدراك تام وذهن كامل
فيستخرج الأشياء من قبله ومثاله شخص يسمع من أستاذ شيئاً ثم يصير له أهلية مطالعة
الكتب وفهم معانيها ، ثم يصير له أهلية التصنيف فيكتب من قلبه كتاباً ، فكذلك
الإنسان يسمع ثم يطالع صحائف الموجودات ثم يعلم الأمور الخفية .
Kata (سَوَّاه) sawwahu /
menyempurnakannya mengisyaratkan
proses lebih lanjut dari kejadian manusia setelah terbentuk organ-organnya. Ini
serupa dengan ahsan taqwim. Dalam
surat al-Infithar [82]: 7 disebut tiga proses pokok penciptaan: Dia Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu lalu menjadikanmu seimbang.
1. Tahap pertama mengisyaratkan pembentukan organ-organ
tubuh secara umum.
2. Tahap kedua adalah tahap penghalusan dan
penyempurnaan organ-organ itu.
3. Tahap ketiga adalah tahapan peniupan ruh Ilahi, yang
menjadikan manusia memiliki potensi untuk tampil seimbang.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memulai
penciptaan manusia dari tanah. Menurut Sayyid Qutub, ini dapat juga difahami
dalam arti tanah adalah permulan atau tahapannya yang pertama. Ayat ini tidak
menjelaskan berapa tahap yang dilalui manusia sesudah tahap tanah itu, tidak juga
dijelaskan berapa jauh dan berapa lamanya.
Ayat
di atas melukiskan sekelumit dari subtansi manusia. Makhluk ini terdiri dari
tanah dan ruh Ilahi. Karena tanah, sehingga manusia dipengaruhi kekuatan alam –
sama halnyadengan makhluk hidup di bumi lainya. Ia butuh makan, minum, hubungan
seks dan lain-lain. Dengan Ruh, ia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah
itu, ruh pun memiliki
kebutuhan-kebutuhan, agar dapat terus menghiasi manusia. Dengan ruh, manusia
diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak
juga dikenal oleh alam materi. Dimensi spiritual inilah yang mengantar manusia
untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan dan
lain-lain. Demikian manusia diciptakan Allah, disempurnakan ciptaannya dan dihembuskan
kepadanya ruh ciptaan-Nya. Dengan gabungan unsur kejadiannya itu, manusia akan
berada dalam satu alam yang hidup dan bermakna, yang dimensi melebar keluar,
melampaui dimensi tanah dan dimensi material.[4]
B.
Qalbu dan Fitrah
QS. Al-Hajj (22): 46
óOn=sùr& (#rçÅ¡o Îû ÇÚöF{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷èt !$pkÍ5 ÷rr& ×b#s#uä tbqãèyJó¡o $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù w yJ÷ès? ã»|Áö/F{$# `Å3»s9ur yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# Îû ÍrßÁ9$# ÇÍÏÈ
Artinya:
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Tafsir Ibnu katsir
أَفَلَمْ
يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ
يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ
الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46) } .
يقول
تعالى مسليا نبيَّه محمدا صلى الله عليه وسلم في تكذيب من خالفه من قومه: { وَإِنْ
يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ } إلى أن قال (2) : {
وَكُذِّبَ مُوسَى } أي: مع ما جاء به من الآيات البينات والدلائل الواضحات.
{
فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ } أي: أنظرتهم وأخرتهم، { ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ
فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ } أي: فكيف كان إنكاري عليهم، ومعاقبتي لهم؟!
ذكر
بعض السلف أنه كان بين قول فرعون لقومه: { أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى } [ النازعات:
24 ]، وبين إهلاك الله له أربعون سنة.
وفي الصحيحين عن أبي موسى، عن رسول الله صلى الله عليه
وسلم أنه قال: "إن الله ليملي للظالم حتى إذا أخذه لم يُفْلِتْه، ثم قرأ: {
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ
أَلِيمٌ شَدِيدٌ } [ هود: 102 ]
Apakah mereka tidak melakukan perjalanan melalui
bumi, sehingga hati dan pikiran atau telinga mendengar dan tidak mata mereka,
namun hati mereka di dada mereka (46)}.
Tuhan berkata kepada Nabi Muhammad saw dalam penolakan bertentangan bahwa umat-Nya: {bahkan menolak engkau, berbohong kepada mereka kaum Nuh,} untuk dikatakan (2): {dan berbohong Musa} yaitu: dengan apa yang ia datang dengan ayat-ayat bukti dan hanya bukti.
Tuhan berkata kepada Nabi Muhammad saw dalam penolakan bertentangan bahwa umat-Nya: {bahkan menolak engkau, berbohong kepada mereka kaum Nuh,} untuk dikatakan (2): {dan berbohong Musa} yaitu: dengan apa yang ia datang dengan ayat-ayat bukti dan hanya bukti.
Tetapi Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir yaitu: dan mati, {kemudian membawa mereka, bagaimana intens kebencian saya} yaitu: bagaimana ateis mereka, dan menghukum saya untuk mereka?!
Beberapa kemajuan itu antara kata-kata Firaun kepada kaumnya: Aku adalah Tuhanmu {Atas} [Konflik: 24], dan antara Allah menghancurkannya empat puluh tahun.
Dan benar dari Abu Musa, Rasulullah perdamaian Allah atas dia, dia berkata: "Allah memberi tangguh kepada penindas, kemudian membaca: {serta siksa Tuhanmu ketika Ia menyesah masyarakat yang tidak adil yang mengambil sangat menyakitkan} [Huud: 102]
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi”berikut tubuh dan pikirannya untuk
menyaksikan kaum terdahulu, apa yang telah dilakukan Allah kepada mereka dan
nestapa serta siksa apakah yang telah menimpa kampung halaman mereka?” Lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai
telinga dengan itumereka dapat mendengar” lalu mengambil pelajaran darinya?”
karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati
yang ada di dalam dada.” Maksudnya
mata mereka tidak buta, yang buta adalah mata hatinya.
Kebanyakan
orang punya mata tapi tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka semua
diberi modal yang hampir semua orang sama, penglihatan dan pendengaran yang
Allah berikan hanya sedikit orang saja yang bersyukur dan memahami kekuasaan
Allah yang terlihat dan terasa disekitar kita. Mereka punya hati untuk
memahami, punya telinga untuk mendengar dan punya mata untuk melihat. Hati
adalah pusat dari segalanya, jika hati kita melihat maka mata kita pun dapat
melihat dengan sempurna, tapi kebanyakan orang tidak dapat melihat dengan mata
hatinya.
Tafsir Athobari
يعني بذلك: إلا بالبناء بالشيد والجندل. وقد يجوز أن يكون معنيا
بالمشيد: المرفوع بناؤه بالشيد، فيكون الذين قالوا: عني بالمشيد الطويل نحْوا بذلك
إلى هذا التأويل; ومنه قول عديّ بن زيد:
شادَهُ مَرْمَرًا وَجَلَّلَهُ كِلْ... سا فللطْيَر فِي ذُرَاهُ وُكُورُ
وقد تأوّله بعض أهل العلم بلغات العرب بمعنى المزين بالشيد من شدته
أشيده. إذا زيَّنته به، وذلك شبيه بمعنى من قال: مجصص.
القول في تأويل قوله تعالى : { أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ
فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا
لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46) }
يقول تعالى ذكره: أفلم يسيروا هؤلاء المكذّبون بآيات الله والجاحدون
قدرته في البلاد، فينظروا إلى مصارع ضربائهم من مكذّبي رسل الله الذين خلوْا من
قبلهم، كعاد وثمود وقوم لوط وشعيب، وأوطانهم ومساكنهم، فيتفكَّروا فيها ويعتبروا
بها ويعلموا بتدبرهم أمرها وأمر أهلها، سنة الله فيمن كفر وعبد غيره وكذّب رسله،
فينيبوا من عتوّهم وكفرهم، ويكون لهم إذا تدبروا ذلك واعتبروا به وأنابوا إلى
الحقّ( قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا ) حجج الله على خلقه وقدرته على ما بيَّنا( أَوْ
آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ) يقول: أو آذان تصغي لسماع الحقّ فتعي
Berarti ini:-satunya bangunan Balhid Jandal. Mungkin tertarik pada yang dibangun: mengangkat Balhid dibangun, sehingga orang yang berkata: saya membangun begitu lama untuk interpretasi ini, dan dari kata-kata Adi bin Zaid
Menjelaskan itu adalah beberapa ulama dalam bahasa Arab dalam arti besarnya Balhid dihias. Jika Anda dihias, dan perasaan yang sama yang mengatakan: "diplester.
Katakanlah dalam penafsiran ayat: {Apakah mereka tidak melakukan perjalanan melalui bumi, sehingga hati dan pikiran atau telinga mendengar Ini bukan mata mereka, tetapi hati mereka di dada (46)}
Katakanlah dalam penafsiran ayat: {Apakah mereka tidak melakukan perjalanan melalui bumi, sehingga hati dan pikiran atau telinga mendengar Ini bukan mata mereka, tetapi hati mereka di dada (46)}
Tuhan berkata: Apakah mereka tidak melakukan perjalanan melalui wahyu dari Allah kapasitas Non-orang percaya di negara ini, dan melihat ke pegulat dari utusan Allah yang meninggal sebelum mereka, dan kaum Tsamud dan kaum Lut, Shuaib, dan dianggap oleh, mengajar dan memerintahkan keluarganya, tahun Tuhan yang bid'ah dan rasul berbohong, dan mereka jika sudah ini dan dianggap dan berbelok ke kanan (hati dan pikiran) argumen Allah diciptakan-Nya dia dan kemampuannya untuk apa Pena (telinga atau mendengar itu) berkata: atau telinga untuk mendengarkan.
Allah
membekali kita berbagai potensi. Ketika kita lahir, yang pertama diberikan oleh
Allah adalah “al-gharizah” (insting). Insting tersebut yaitu berupa
tangisan. Tangisan merupakan hidayah Allah yang pertama kali diberikan kepada
kita. Ketika ada seorang anak manusia yang terlahir tidak ada suaranya, maka
itu merupakan tidak adanya tanda-tanda kehidupan. Tangisan pada bayi
menunjukkan adanya kehidupan. Setiap bayi memiliki isyarat untuk berinteraksi,
isyarat mereka adalah sebuah tangisan, dimana ketika mereka lapar maka mereka
menangis, disaat mereka haus mereka menangis, dan disaat mereka kedinginan
merekapun menangis.
Dalam
tafsirnya, Prof. Dr. Ahmad Mustafa Al-Maraghi menyatakan, bahwa Allah
memberikan kepada manusia lima hidayah sebagai modal hidup, yaitu:
Pertama, gharizah (insting).
Dibandingkan
dengan manusia, ternyata ada hewan yang instingnya lebih hebat daripada
manusia. Misalkan, bebek ketika lahir langsung bisa berenang. Jadi, kalau kita
mengandalkan insting, maka kita kalah dengan hewan. Jadi, kita tidak bisa hanya
mengandalkan insting.
Kedua, indera.
Di dalam
psikologi, ternyata indera itu tidak hanya sebanyak lima, melainkan banyak.
Antara lain ada indera keseimbangan yang berada di lorong telinga, dan juga
indera kinestetik yang berada di persendian. Karena itulah, kita bisa duduk dan
bisa berdiri karena indera kinestetik kita bekerja. Kalau indera kinestetik ini
tidak bekerja, maka kita tidak bisa berdiri, tidak bisa berjalan, dan
sebagainya. Karena itulah, orang yang sedang pingsan, maka ia akan terjatuh,
karena indera kinestetisnya tidak bekerja. Dan masih banyak lagi.
Indera
diperlukan. Tapi kalau hanya indera saja yang diandalkan, maka kita kalah
dengan binatang. Indera penglihatan tikus dan elang lebih hebat dari kita.
Indera penciuman anjing juga lebih hebat dari manusia. Jadi, kita tidak bisa
mengandalkan indera saja.
Ketiga, akal.
Akalpun
ternyata tidak bisa diandalkan. Manusia diberikan akal oleh Allah, dan
dikatakan juga bahwa hewan tidak diberikan akal oleh Allah. Tetapi di dalam
ilmu psikologi disebutkan, bahwa inteligensi hewan itu ada, namun sangat kecil
dan sangat rendah dibandingkan dengan manusia. Yang paling tinggi dan mendekati
manusia tingkat inteligensinya adalah simpanse. Di Ragunan, satu-satunya hewan
yang mempunyai meja makan, ada piringnya, dan juga ada kursinya adalah simpanse.
Di Jerman ada seorang dokter yang mempekerjakan simpanse untuk memberi kartu
kepada pasien-pasiennya yang datang. Di Perancis ada simpanse yang dipekerjakan
untuk memunguti telur-telur ayam pada suatu peternakan. Tapi apa yang bisa
dilakukan oleh simpanse itu tidaklah seperti apa yang bisa dilakukan oleh
manusia. Tapi dalam hal ini, simpanse lebih tinggi inteligensinya dibandingkan
dengan hewan yang lain.
Kalau kita
mengandalkan akal pikiran, ternyata tidak semuanya bisa dijawab. Misalkan
ditanyakan, angka berapa yang paling kecil? Ada yang mengatakan 1, ada juga
yang mengatakan bahwa 0 lebih kecil dari 1. Kalau ditanyakan, lebih kecil mana
dibandingkan dengan -1, maka akan ada yang mengatakan bahwa -1 lebih kecil dari
0. Jadi, minus berapakah yang paling kecil? Tenyata tidak terbatas. Akal kita
tidak mampu menjawab ini. Artinya, bahwa tidak segala-galanya akal manusia itu
mampu menyelesaikan masalah. Karena itulah, Allah memberikan kita hidayah yang
keempat, yaitu hati (qalb).
Keempat, hati (qalb).
Hati (qalb)
yaitu sebuah institusi yang ada dalam diri manusia, namun kita tidak tahu
tempatnya di mana. Qalb inilah yang tak pernah membohongi manusia.
Karena itulah, orang beriman harus dengan hati, karena indera sering membohongi
manusia.
Kalau seseorang
melakukan suatu keburukan ataupun kejahatan, mungkin bisa disembunyikan dengan
tingkah laku, tapi hati tak bisa dibohongi. Hati kita pasti berkata, “Aku
berbohong.” Hanya qalb yang merupakan institusi yang tak pernah
membohongi manusia. Di dalam hadis Rasulullah dikatakan:
Indikator
suatu dosa itu dapat dilihat dari dua faktor: pertama, membuat suatu rasa yang
lain di dalam hati. Setelah melakukan suatu dosa, kita pasti ada rasa yang
lain, yaitu rasa bersalah di hati, karena hati tak pernah membohongi manusia.
Karena itulah, Allah senantiasa melihat qalb manusia, bukanlah pada
penampilannya. Rasulullah menyatakan:
Allah tidak melihat mukamu, bukan
melihat bentuk tubuhmu, tetapi yang dilihat adalah hatimu.
Qalb hanya
dimiliki oleh manusia. Di dalam ilmu psikologi, perbedaan antara manusia dengan
hewan itu bukan hanya pada akalnya, tetapi juga pada beberapa hal. Pertama,
bahwa manusia mempunyai kepekaan sosial, sedangkan hewan tidak mempunyai
kepekaan sosial. Munculnya kepekaan sosial itu karena ada hati (perasaan) kita.
Kalau ada orang yang tidak mempunyai kepekaan sosial terhadap sesama manusia,
berarti orang tersebut tidak mempunyai hati.
BAB
III
KESIMPULAN
Manusia
dipilih Allah sebagai khalifah
di muka
bumi. Alasan dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi.
Di antaranya jasman dan ruhani.
1. Potensi
jasmani
Jasad (fisik)
Manusia diciptakan Allah dalam bentuk fisik dan
psikis yang sebaik-baiknya dalam konteks tujuan penciptaannya sebagai makhluk
yang bertugas menjadi khalifah di bumi sekaligus beribadah kepada Allah SWT. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di
bumi sekaligus pengabdi kepada Allah. Manusia harus mempertanggungjawabkan
amal-amalnya, dan akan menerima hasilnya kelak di hari Kemudian.
Kata ahsana taqwim sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia
dibanding binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisik dan psikis yang
sebaik-baiknya, yang menyebabkan manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik
mungkin. Memahami ungkapan “sebaik-baik bentuk” tidak terbatas dalam pengertian
fisik semata. konteks penggambaran anugerah Allah kepada manusia, dan tentu
tidak mungkin anugerah tersebut terbatas pada bentuk fisik. Apalagi, secara
tegas Allah mengecam orang-orang yang bentuk fisiknya baik namun jiwa dan
akalnya kosong dari nilai-nilai agama, etika dan pengetahuan.
Indra dan Akal
Allah mengeluarkan
kita dari perut ibu kita dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Sama sekali
tidak kenal siapa dan apa yang ada di sekitar kita. Tapi tentu Allah tidak membiarkan
kita terlahir begitu saja tanpa mengetahui apa-apa, Allah memberikan kita indra
pendengaran, penglihatan dan hati untuk itu kita bisa hidup dan berkembang di
dunia ini memanfaatkan apa yang telah Allah sediakan. Allah berikan semua itu
tentu memiliki fungsi dan manfaat yang harus kita gunakan sesuai dengan
tempatnya dan hak-haknya. Sebagaimana mestinya pendengaran kita gunakan untuk
mendengar hal-hal yang baik, penglihatan kita gunakan untuk menglihat hal-hal
yang baik juga serta hati kita gunakan untuk berhusnudzon terhadap segala
sesuatu yang ada.
Daya dan indra ini diperoleh manusia
secara berangsur-angsur. Setiap kali tumbuh bertambahlah daya pendengaran,
penglihatan, dan akal hingga dewasa. Penganugrahan daya itu dimaksudkan agar
dia dapat beribadah kepada Rabbnya dan dijadikan sarana pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur atas aneka nikmat-nikmat-Nya yang
tidak terhitung.
Adapun
perkembangan pertumbuhan fungsi alat-alat indera adalah :
1)
Pendengaran
mulai tumbuh pada pekan-pekan pertama.
2)
Indera-indera
pendengaran bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna pada bulan keenam.
3)
Akal dan mata hati berfungsi setelah pendengaran dan penglihata
2.
Potensi Ruhaniah
Ruh
Manusia terdiri dari tanah dan ruh Ilahi.
Karena tanah, sehingga manusia dipengaruhi kekuatan alam – sama halnyadengan
makhluk hidup di bumi lainya. Ia butuh makan, minum, hubungan seks dan
lain-lain. Dengan Ruh, ia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah itu, ruh pun memiliki kebutuhan-kebutuhan, agar
dapat terus menghiasi manusia. Dengan ruh, manusia diantar menuju tujuan non
materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak juga dikenal oleh alam
materi. Dimensi spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung kepada
keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan dan lain-lain. Demikian manusia
diciptakan Allah, disempurnakan ciptaannya dan dihembuskan kepadanya ruh
ciptaan-Nya.
Manusia
memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa
ruh pada manusia dalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada
manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia
karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi
urusan Tuhan.
Allah swt berfirman:
tRqè=t«ó¡our
Ç`tã Çyr9$# (
È@è% ßyr9$# ô`ÏB ÌøBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré&
z`ÏiB
ÉOù=Ïèø9$# wÎ) WxÎ=s%
ÇÑÎÈ
Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu
tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS.
Al-Isra: 85)
Qalbu dan
Fitrah
Qalbu di sini
tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih
mengarah pada aktivitas
rasa
yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju kadang
menolak. Qalbu berhubungan
dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa
takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat
sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
Manusia
pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai
sesuatu yang suci Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir.
Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi
fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam proses perkembangannya.
Kebanyakan
orang punya mata tapi tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka semua
diberi modal yang hampir semua orang sama, penglihatan dan pendengaran yang
Allah berikan hanya sedikit orang saja yang bersyukur dan memahami kekuasaan
Allah yang terlihat dan terasa disekitar kita. Mereka punya hati untuk
memahami, punya telinga untuk mendengar dan punya mata untuk melihat. Hati
adalah pusat dari segalanya, jika hati kita melihat maka mata kita pun dapat
melihat dengan sempurna, tapi kebanyakan orang tidak dapat melihat dengan mata
hatinya.
DAFTAR PUSTAKA
M.
Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Quran,
Mizan, Bandung, 1996
M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan,
Kesan, dan Keserasian Al-Quran” , Lentera Hati, Jakarta, 2002,
Maktabah Syamilah.
Prof. Dr.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz II. PT Pustaka Pantimas, Jakarta.1983
Qurthuby, Muhammad bin Ahmad
Al-Anshariy, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an,
Kairo, Dar Al-Kitab Al-‘Arabiy, 1967.
Raziy, Fakhr Al-Din, Tafsir Mafatih Al-Ghayb, cetakan III,
Teheran, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, t.t.
Thabariy,
Muhammad ibn Jarir, Jami’ Al-Bayan fi
Tafsir Al-Qur’an, Mesir, Al-Halabiy, 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar