Rabu, 25 April 2012

al mustadrak 'ala sahihain al-hakim

Nama               : Enjen Zaenal Mutaqin
Mata kuliah     : Membahas Kitab Hadis
Jurusan            : Tafsir Hadis
Semester          : VI A

BOOK REVIEW

Judul Buku: al-Mustadrak ‘Ala al-Sahihaini al-Hakim
Penulis: Abu ‘Abdullah al-Hakim al-Naisaburi
Penerbit: Dar al-Fikr, Beirut
Cetakan: -
Tahun: 1978
Pentahqiq: -

AL-MUSTADRAK ‘ALA AL-SAHIHAIN AL-HAKIM

A.     PENDAHULUAN
Sebagai pakar hadis yang muncul pada abad 4 H, al-Hakim al-Naisaburi (321-405) dengan karya monumentalnya al-Mustadrak ‘ala al-Sahihain, merupakan tokoh besar yang tidak bisa dinafikan bgitu saja. Meskipun pamor ketenarannya di bawah pengarang-pengarang Kutb al-Sittah, tetapi kiprahnya dalam menghadirkan konsep-konsep teoritis dan praktis tetap memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ranah kajian hadis maupun ulum al-hadis pada masa-masa berikutnya.
Untuk itulah laporan (book review) ini akan seklias mengupas secara gobal kitab al-Mustadrak ‘ala Sahihain yang mencakup sekilas bografi al-Hakim (nama dan nasab), dan sekilas tentang al-Mustadrak ‘ala sahihain (latar belakang penyusunan kitab, isi, metode dan krtieria, klasifikasi hadis dan status hadis yang terdapat dalam kita al-Mustadrak).

B.     SEKILAS BIOGRAFI AL-HAKIM
1.      Nama dan Nasab al-Hakim
Al-Hakim yang memiliki nama lengkap Abu ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Hamdun bin Hakam bin Nu’aim bin al-Bayyi’ al-Dabbi al-Tahmani al-Naisaburi. Beliau dilahirkan di naisabur pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 321 H. Beliau sering disebut dengan Abu ‘Abdullah al-Hakim al-Naisaburi atau Ibn al-Bayyi’ atau al-Hakim Abu Abdullah, untuk menghindari kekeliruan nama al-Hakim lain yang sama, seperti Abu Ahmad al-Hakim, Abu ‘Ali al-Hakim al-Kabir (guru Abu Abdullah al-Hakim), ataupun kalifah Fatimiyah di Mesir, Al-Hakim bin Amrullah.
C.    KITAB AL-MUSTADRAK ‘ALA AL-SAHIHAIN
1.      Latar Belakang Penyusunan
Al-Hakim tidak menyebutkan secara eksplisit tentang latar belakang penyusunan kitab mustadrak ‘ala al-sahihain, yang mulai disusun tahun 373 H. namun secara implisit dapat terekam, bahwa inisiatif penulisan tersebut  berangkat dari asumsi al-Hakim bahwa masih banyak hadis shahih berserakan, baik yang belum di catat oleh para ulama, maupun yang tercantum dalam beberapa kitab hadis yang ada. Disamping itu penegasan pengarang shahihain, Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa tidak semua hadis shahih telah terangkum dalam kitab shahihnya. Dua hal tersebut yang mendorong al-Hakim menyusun kitab berdasar kaedah-kaedah ilmiah dalam menentukan keabsahan sanad dan matan.
2.      Penamaan Kitab
Kitab tulisan al-Hakim dinamakan al-mustadrak artinya ditambahkan atau diususlkan atas shahihain. Secara definisi mustadrak  adalah:
هي كتاب يخرج فيه صاحبه أحاديث لم يخرجها كتاب ما من كتب السنة رغم انها على شرطه
Al-hakim menamakan demkian, karena berasumsi bahwa hadis-hadis yang disusun dalam kitabnya merupakan hadis-hadis shahih atau memenuhi keshahihan Bukhari dan Muslim, dan belum tercantum dalam Shahih Bukhari maupun Shahih Muslim.
3.      Isi Kitab
Kitab ini tersusun dalam 4 jilid besar yang bermuatan 8.690 hadis dan mencakup 50 bahasan (kitab). Kitab karya al-Hakim ini termasuk kategori itab al-Jami’, karena muatan hadisnya terdiri dari berbagai dimensi, aqidah, syariah, akhlaq, tafsir, sirah, dsb.
Adapun rincian jumlah hadis dikaitkan dengan temanya adalah: aqidah 251 hadis; ibadah 1277 hadis; hokum halal haram 2519 hadis; takwil mimpi 32 hadis; pengobatan 73 hadis; rasul-rasu 141 hadis; 1218 hadis tentang biografi sahabat; huru-hara dan peperangan 347 hadis; kegoncangan hari kiamat 911 hadis; tafsir 974 hadis; dan fadhail al-Quran 70 hadis.
Adapun sistematika Kitabnya, mengikuti model yang dipakai oleh Bukhari maupun Muslim, dengan membahas berbagai aspek materi dan membaginya dalam kitab-kitab (tema-tema tertentu) dan sub-subnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Jilid I:
1.      Kitab Iman; 287 hadis
2.      Kitab Ilmu; 155 hadis
3.      Kitab Thaharah; 228 hadis
4.      Kitab Shalat; 352 hadis
5.      Kitab al-Jum’ah; 82 hadis
6.      Kitab Salat Idain; 29 hadis
7.      Kitab Salat Witir; 34 hadis
8.      Kitab Salat Tathawuu’; 51 hadis
9.      Kitab al-Sahwi; 13 hadis
10.  Kitab Salat istisqa’; 13 hadis
11.  Kitab Salat Khusuf; 17 hadis
12.  Kitab Khauf; 9 hadis
13.  Kitab al-Janaiz; 162 hadis
14.  Kitab Zakat; 105 hadis
15.  Kitab Siyam; 77 hadis
16.  Kitab Manasik; 192 hadis
17.  Kitab Doa Takbir dan Tahlil; 219 hadis
18.  Kitab Fadail al-Qur’an; 110 hadis
Jilid II:
19.  Kitab Buyu’; 246 hadis
20.  Kitab Jihad; 209 hadis
21.  Kitab Qism al-Fa’i; 59 hadis
22.  Kitab Qital ahl al-Baghy; 28 hadis
23.  Kitab Nikah; 120 hadis
24.  Kitab Talaq; 49 hadis
25.  Kitab ‘Itq; 18 hadis
26.  Kitab Makatib; 1 hadis
27.  Kitab al-Tafsir; 1.129 hadis
28.  Kitab al-Tarikh; 266 hadis
Jilid III:
29.  Kitab Hijrah; 40 hadis
30.  Kitab al-Magazi; 106 hadis
31.  Kitab Ma’rifah al-sahabah; 2000 hadis
Jilid IV:
            Lanjutan no. 31
32.  Kitab Ahkam;127 hadis
33.  Kitab At’imah; 128 hadis,
34.  Kitab Asyribah; 114 hadis
35.  Kitab al-Birr wa al-Shillah; 114 hadis
36.  Kitab al-Libas; 69 hadis
37.  Kitab al-Tibb; 94 hadis
38.  Kitab al-Adahi; 53 hadis
39.  Kitab al-Zabaih; 31 hadis
40.  Kitab al-Taubah wa Inabah; 78 hadis
41.  Kitab al-Adab; 121 hadis
42.  Kitab al-Aiman wa al-Nuzur; 37 hadis
43.  Kitab al-Riqaq; 104 hadis
44.  Kitab al-Faraidi; 76 hadis
45.  Kitab al-Hudud; 150 hadis
46.  Kitab Ta’bir al-Ru’ya; 95 hadis
47.  Kitab al-Ruqa wa al-Tama’im; 27 hadis
48.  Kitab al-Fitan wa al-Malahim; 383 hadis
49.  Kitab Malahim; 128 hadis
50.  Kitab al-Ahwal; 128 hadis
4.      Metode dan Kriteria al-Hakim
Bagaimanapun juga harus di akui bahwa seorang ulama hadis memiliki kriteria ataupun prinsip-prinsip tersendiri dalam menentukan status kesahihan suatu hadis. Di antara prinsip yang dipegang al-Hakim adalah ijtihad, prinsip status sanad dan prinsip status matan:
a.      Ijtihad
Artinya dalam menentukan kesahihan suatu hadis diperlukan ijtihad. Dalam al-Mustadrak-nya al-Hakim menyatakan secara lugas:
“Aku memohon pertolongan Allah untuk meriwayatkan hadis-hadis yang para rawinya adalah siqah. Al-Bukhari, Muslim, atau salah seorang dari mereka telah menggunakan para rawi semacam itu untuk berhujah dengannya. Ini adalah syarat hadis sahih menurut segenap fuqha Islam, bahwa sesungguhnya tambahan sanad-sanad dan matan-matan dari orang-orang terpercaya dapat di terima.”
b.      Prinsip status sanad
Dalam menentukan status hadis, al-Hakim menerapkan daouble standar, yakni tasyadud (ketat) terhadap hadis-hadis yang terkait dengan aqidah dan syari’ah (hokum halal, haram, muamalah, nikah, dan riqaq) dan tasahul (longgar) terhadap hadis-hadis yang terkait fadhil a’mal, sejarah Rasul dan sahabat, sebagaimana dinyatakan al-Hakim:
“Aku–Insya Allah–dalam hal do’a akan memperlakukan (sesuai) dengan madzhab Abd al-Rahman bin al-Mahdi, yaitu yang engatakan: “ Bila kami meriwayatkan tentang halal dan haram, kami bertindak ketat dalam (menilai) rijal, dan bila kami meriwayatkan tentang keutamaan amal yang mubah, kami longgar dalam menilai sanad-sanad.”
c.       Prinsip status matan
Al-Hakim menyatakan:
“Sesungguhnya hadis sahih itu tidak hanya diketahui dengan kesahihan riwayat, tetapi juga dengan pemahaman, hafalan dan banyak mendengar.”
Prinsip meneliti hadis menuru bliau tidak hany pada aspek sanadnya saja, tetapi juga aspek matannya, yng pada akhirnya akan melahirkan berbagai konsep rajah-marjuh, nasikh-mansukh, mukhtalit hadis, maqlub, mudtarib, mudraj dan ta’arud al-hadis untuk menentukan dan membedakan hadis yang ma’mul bih dang hair ma’mul bih.
5.      Klasifikasi Hadis
Bereda dengan ulama-ulama sebelumnya (pasca Imam Turmuzi), al-Hakim tidak mengklasifikasikan hadis menjadi sahih, hasan, dan da’if. Secara eksplisit, al-Hakim membagi hadis menjadi dua, yakni hadis shahih dan hadis da’if.
6.      Status Hadis
Untuk mengetahui kesahihan hadis di dalam al-Mustadrak, ada beberapa klasifikasi yg ditampilkan:
a.       Berdasarkan syarat rawi
Menurut al-Hakim, di dalam kitab al-Mustadrak jumlah hadis yang memenuhi kriteria sahihain ada 985 hadis, 113 hadis yang memenuhi kriteria Bukhari, 571 hadis memenuh kriteria Muslim, 3447 hadis yang dinilai sahih al-isnad, sedangkan yang lainnya belum sempat mengemukakan komentarnya dalam al-mustadrak,karena kematian yang menjemputnya.
b.      Berdasarkan kualitas rawi
Berdasarkan penelitian terhadap kualitas rawi-rawi dari kitab al-Hakim adalah sebagai berikut:
Jilid I :
Terdapat 45 hadis yang di duga lemah (8 hadis menggunakan sigat maudu’, munkar 23 hadis, matruk 13 hadis, laisa sabit 1 hadis)
Jilid II :
Terdapat 66 hadis yang di duga lemah (maudhu’ 11 hadis, munkar 23 hadis, matruk 23 hadis, kazzab 4 hadis, la yu’arafu 3 hadis, la a’rifu jayyidan 2 hadis)
Jilid III :
Terdapat 47 hadis yang tidak layak di gunakan; maudhu’ 4 hadis, qabbaha Allahu Rafidhiyan iftara’u 1 hadis, ahsibu maudu’an wa azunnu mudhu’an 6 hadis, syibhu maudhu’ 1 hadis, aina sihah wa haramun fihi 1 hadis, munkar 17 hadis, matruk 17 hadis.
Jilid IV :
Terdapat 109 hadis yang tidak layak di gunakan; la aslah lahu 2 hadis, halik 11 hadis, la ihtijja bihi ahadun 1 hadis, la hujjata 1 hadis,  matruk 30 hadis, maudhu’ 22 hadis, munkar 35 hadis, muttaham 4 hadis, muttaham saqit 1 hadis, muttaham ta’lif 1 hadis, nadarun 1 hadis.
Dengan demikian jumlah hadis yang di anggap sangat lemah dalam alMustadrak adalah 3,072% dari 8690 hadis yang ada. Sedang yang lain ada yang sahih, hasan, salih, jayyid, da’if, munkar maupun batil.
Adapun rincian hadis maudu’ adalah:masing-masing satu hadis dalam bab ‘idain, tatawwu’, do’a-do’a, faraid,hudud, buyu’, nikah, jihad, fadhail al-Quran dan al-ahwal. Adapun sejarah peperangan 41 hadis, tafsir 10 hadis, riqaq 5 hadis, al-fitan wa al- malahim 5 hadis, salat 4 hadis, pengobatan 3 hadis dan makanan 2 hadis.
D.    KESIMPULAN
Berdasarkan kupasan di atas ada beberapa hal yang perlu di garis bawahi:
Pertama, meskipun al-Hakim bermaksud menyusun hadis sahih sebagai tambahan yang belum termuat dalam sahih Bukhari dan Muslim dan menggunakan persyaratan shahihain, namun ternyata tidak semua hadis dalam kitabnya berstatus sama (sahih semua).
Kedua, adanya standar ganda yang di gunakan sebagai bentuk ijtihad al-Hakim, yakni tasahul terhadap hadis-hadis fadail amal, sejarah rasul dan sahabat, serta sejarah masa silam. Tasyadud untuk persoalan aqidah dan syariah (halal dan haram, nikah, riqa, mu’amalah), al-Hakim terlalu longgar dalam menerapkan kaedah kesahihan suatu hadis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar