Dari Mana Harus Memulai Perubahan?
Fakultas Ushuluddin
menjadi jantungnya UIN, demikian salah satu semangat perubahan yang didengungkan
oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. Rosihon Anwar M.ag dalam beberapa
kesempatan. Semangat perubahan ini sangat beralasan karena ushuluddin memiliki
jurusan yang focus pada sumber utama umat Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadist.
Sebuah jurusan yang seharusnya menjadi referensi atau pijakan utama bagi
jurusan-jurusan yang lain. Hal ini, karena setiap penjelasan dalam berbagai
disiplin ilmu selalu mengait-ngaitkan dengan ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis. Sedangkan
jurusan yang benar-benar mengupas al-Qur’an dan Hadis mulai cara baca tekstualnya
sampai pada teori-teori memahami bahkan teori mengungkap makna batin al-Qur’an
dan Hadist hanya jurusan Tafsir Hadis.
Namun, untuk
mewujudkan cita-cita ideal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak.
Sangat tidak tepat jika harapan ini hanya ditumpukan pada Dekanat, sang
pemegang kebijakan. Demikian juga tidak akan berhasil secara optimal jika hanya
dibebankan pada mahasiswa dan dosen sebagai pelaksana proses pembelajaran.
Sebuah perubahan pasti membutuhkan proses yang tidak cepat dan tidak mudah.
Masing-masing pihak harus mau melibatkan diri secara aktif dan tanpa pamrih.
Ibda’ bi Nafsik
Salah satu cara
untuk mengawali perubahan adalah memulai dari diri sendiri (ibda’ bi nafsik).
Ungkapan sederhana ini memiliki dampak yang luas. Masing-masing individu dalam
masing lembaga atau ketiga pihak tadi harus memulai berubah. Pihak pimpinan,
misalnya, memulai introspeksi diri, kemajuan-kemajuan apa yang pernah dialami
di Ushuluddin dan kegagalan dalam bidang apa yang pernah terjadi. Dengan
demikian, kemajuan-kemajuan masa lalu dapat dibangkitkan kembali dengan sedikit
modifikasi sesuai kebutuhan saat ini dan kegagalan masa lalu diupayakan tidak
terulang lagi. Pembacaan sejarah masa lalu seperti ini dapat dijadikan pijakan
untuk kemajuan masa depan. Karena setiap periode pasti ditemukan kemajuan dan
kegagalan dalama bidang-bidang tertentu. Menatap masa depan tidak mungkin
menghapus jasa-jasa tokoh masa sebelumnya.
Pihak pengajar
diharapkan juga mulai merenung kembali keberhasilan apa saja yang telah terwujud
dalam proses belajar mengajar. Apakah sudah bisa memenuhi target utama yang
telah direncanakan. Jika sudah, maka dapat dirumuskan cara pencapaiannya
sehingga dapat dipertahankan dan kemudian ditingkatkan. Jika belum memenuhi
target, apa saja kendalanya, sehingga dapat dimusyawarahkan solusi terbaiknya. Namun,
peningkatan proses pembelajaran harus dilihat dari peningkatan atau kemajuan
dari masa ke masa masing-masing individu, bukan dengan cara
membanding-bandingkan satu dosen dengan dosen yang lain. Oleh karena itu sangat
tidak tepat jika mengukur peningkatan perubahan seseorang dengan parameter perubahan
yang dilakukan oleh orang lain. Karena masing-masing individu memiliki potensi sekaligus
kelemahan yang berbeda-beda dalam bidang yang berbeda-beda pula.
Demikian juga,
pihak mahasiswa harus ada niat untuk merubah diri sendiri menjadi lebih baik.
Semangat memburu ilmu pengetahuan harus terus berkobar di mana saja dan kapan
saja. Ilmu Allah Maha Luas dan Dia akan memberikan setetes ilmuNya pada hamba
pilihanNya. Seorang hamba yang memang menurutNya layak untuk memperoleh ilmu
dan hikmaNya. Oleh karena itu, perolehan ilmu jangan hanya terbatas pada
pembelajaran di kelas yang hanya beberapa menit dengan beban beberapa silabus
yang harus terselesaikan. Jika paradigma ini yang terbangun oleh mahasiswa,
kelas adalah gudang segala ilmu dan dosen adalah ilmu itu sendiri, maka dia
akan selalu mengalahkan pihak lain setiap kali merasakan kegagalan dalam proses
belajarnya.
Disinilah
hebatnya pesan “Ibda’ bi nafsik” merubah kebiasaan orang lain adalah
sulit, tetapi lebih sulit merubah diri sendiri. Karena kesadaran untuk merubah
diri sendiri berarti sadar pula bahwa dalam dirinya ada kekurangan atau
ketidaksempurnaan yang mungkin tidak seorangpun mengetahuinya. Masing-masing
individu, jika mau merenung, pasti menemukan titik-titik kelemahannya di balik
kehebatan yang dimilikinya dan jika ada niat baik untuk berubah, pasti
menemukan solusi untuk memperbaiki kelemahan.
Selamat
menciptakan perubahan dalam diri sendiri. Semoga kita menjadi lebih
bertanggungjawab atas segala amanah agar menjadi lebih baik dihadapan sang
Kholiq dan lebih banyak memberi kemanfaatan kepada sesama makhluq. Keikhlasan
kita kepada sesama makhluk,sampai kapanpun tidak akan sebanding dengan keikhlasan
sang Kholik kepada makhlukNya.
Zaenal Mutaqin
MahasiswaTafsir HadisUIN SGD BDG
Zaenal Mutaqin
MahasiswaTafsir HadisUIN SGD BDG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar