Kiat-kiat Agar
Rizki Barokah
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Betapa sering kita mengucapkan,
mendengar, mendambakan dan berdoa untuk mendapatkan keberkahan, keberkahan
dalam umur, keberkahan dalam keluarga, keberkahan dalam usaha, keberkahan dalam
harta benda dll. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya: Apakah sebenarnya
keberkahan itu? Dan bagaimana keberkahan dapat diperoleh?
Secara ilmu bahasa, “Al Barokah”
berartikan : “Berkembang, bertambah dan kebahagiaan.
Imam An Nawawi berkata: “Asal makna keberkahan ialah
kebaikan yang banyak dan abadi.
Adapun bila ditinjau melalui
dalil-dalil dalam Al Qur’an dan As Sunnah, maka “al barokah” memiliki makna dan
perwujudan yang tidak jauh berbeda dari makna “Al Barokah” dalam ilmu bahasa.
Untuk sedikit mengetahui tentang keberkahan
yang dikisahkan dalam Al Qur’an, dan As Sunnah, maka saya mengajak hadirin
untuk bersama-sama merenungkan beberapa dalil berikut:
Dalil Pertama: (Q.S.
Qaaf: 9-11)
"Dan Kami turunkan dari
langit air yang diberkahi (banyak membawa kemanfaatan) lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu taman-taman dan biji-biji tanaman yang diketam. Dan pohon kurma
yang tinggi-tinggi yang memiliki mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rizki
bagi hamba-hamba (kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati
(kering). Demikianlah terjadinya kebangkitan." (Q.S. Qaaf:
9-11)
Bila keberkahan telah menyertai hujan
yang turun dari langit, tanah gersang, kering keronta menjadi subur makmur,
kemudian muncullah taman-taman indah, buah-buahan dan biji-bijian yang melimpah
ruah. Sehingga negeri yang dikaruniai Allah dengan hujan yang berkah menjadi
negeri gemah ripah loh jinawi (kata orang jawa) atau, "(Negrimu adalah) negri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (Q.S. Saba'
:15).
Demikianlah Allah Ta'ala menyimpulkan
kisah bangsa Saba', suatu negri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal
sholeh, penuh dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama' ahli tafsir mengisahkan
bahwa: dahulu, wanita kaum Saba' tidak perlu untuk memanen buah-buahan kebun
mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup membawa keranjang di atas
kepalanya, lalu melintas dikebunnya, maka buah-buahan yang telah masak dan
berjatuhan sudah dapat memenuhi keranjangnya, tanpa harus bersusah-payah
memetik atau mendatangkan pekerja yang memanennya.
Sebagian ulama' lain juga menyebutkan
bahwa dahulu di negri Saba' tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga
lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus, cuacanya yang bersih,
dan berkat kerahmatan Allah yang senantiasa meliputi mereka.
Dalil Kedua : (HR.
Imam Muslim).
Ketika
Nabi menceritakan tentang berbagai
kejadian yang mendahului kebangkitan hari qiyamat, beliau bersabda:
“Akan diperintahkan (oleh Allah) kepada bumi:
tumbuhkanlah buah-buahanmu, dan kembalikan keberkahanmu, maka pada masa itu,
sekelompok orang akan merasa cukup (menjadi kenyang) dengan memakan satu buah
delima, dan mereka dapat berteduh dibawah kulitnya. Dan air susu diberkahi,
sampai-sampai sekali peras seekor onta dapat mencukupi banyak orang, dan sekali
peras susu seekor sapi dapat mencukupi manusia satu kabilah, dan sekali peras,
susu seekor domba dapat mencukupi satu cabang kabilah.”
(HR. Imam Muslim).
Demikianlah ketika rizqi diberkahi
Allah, sehingga rizqi yang sedikit jumlahnya, akan tetapi kemanfaatannya sangat
banyak, sampai-sampai satu buah delima dapat mengenyangkan segerombol orang,
dan susu hasil perasan seekor sapi dapat mencukupi kebutuhan orang satu
kabilah.
Ibnu Qayyim berkata: “Tidaklah kelapangan rizqi dan amalan diukur
dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur dilihat dari bulan dan
tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi kelapangan rizqi dan umur diukur
dengan keberkahannya.
Bila demikian adanya, tentu setiap
orang dari kita mendambakan untuk mendapatkan keberkahan dalam pekerjaan,
penghasilan dan harta kita. Setiap kita pasti bertanya-tanya: bagaimanakah
caranya agar usaha, penghasilan dan harta saya diberkahi Allah?
Sebagaimana peranan keberkahan dalam
hidup secara umum, dan dalam usaha serta penghasilan, telah banyak diulas dalam
Al Qur’an dan Hadits, demikian juga persyaratan dan metode mendapatkannya.
Berikut saya akan sebutkan beberapa persyaratan dan metode tersebut:
1. Iman kepada Allah.
Inilah syarat pertama dan terbesar agar rizqi kita diberkahi
Allah, yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman dalam Q.S. AL-‘Araf: 96:
"Andaikata penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan
dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya."
(Q.S. AL-‘Araf: 96).
Demikianlah imbalan Allah kepada
orang-orang yang beriman dari hamba-hamba-Nya. Dan sebaliknya, orang yang kufur
dengan Allah Ta'ala, niscaya ia tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam
hidup.
Diantara perwujudan iman kepada Allah
Ta'ala yang berkaitan dengan penghasilan ialah dengan senantiasa yakin dan
menyadari bahwa rizqi apapun yang kita peroleh ialah atas karunia dan kemurahan
Allah semata, bukan atas jerih payah atau kepandaian kita. Yang demikian itu
karena Allah Ta'ala telah menentukan jatah rizqi setiap manusia semenjak ia
masih berada dalam kandungan ibunya.
Bila kita pikirkan diri dan negeri
kita, niscaya kita dapatkan buktinya, setiap kali kita mendapatkan suatu
keberhasilan, maka kita lupa daratan, dan merasa itu adalah hasil dari
kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana kita menuduh
alam sebagai dalangnya, dan kita melupakan Allah Ta’ala .
Ketika Aceh ditimpa musibah Tsunami,
kita terus-terusan menuduh alam sebagai penyebabnya, yaitu dengan mengatakan
itu karena akibat dari pergerakan atau benturan antara lempengan bumi ini
dengan lempengan bumi itu dst. Ketika musibah lumpur di porong menimpa kita,
kita rame-rame terus-terusan menuduh alam dengan mengatakan itu dampak dari
gempa yang menimpa wilayah Jogjakarta dan sekitar. Ketika banjir melanda
Jakarta, kita rame-rame terus-terusan menuduh alam, dengan berkata: siklus
alam, atau yang serupa.
Jarang diantara kita yang
mengembalikan semua itu kepada Allah Ta’ala, sebagai teguran atau cobaan atau
mungkin juga sebagai adzab. Bahkan orang yang berfikir demikian akan dituduh
kolot, kampungan tidak ilmiah, atau malah dianggap sebagai teroris dst.
Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. Ar-Ruum: 41:
"Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan Allah)." (Q.S. Ar-Ruum: 41)
Diantara perwujudan nyata iman kepada
Allah dalam hal rizqi, ialah senantiasa menyebut nama Allah Ta'ala ketika
hendak menggunakan salah satu kenikmatan-Nya, misalnya ketika makan dan
menggauli istri:
"Dari sahabat 'Aisyah radhiallahu
'anha: bahwasanya Nabi SAW. pada suatu saat sedang makan bersama enam orang
sahabatnya, tiba-tiba datang seorang arab baduwi, lalu ia menyantap makanan
beliau dalam dua kali suapan. Maka Nabi bersabda:”Ketahuilah seandainya ia
menyebut nama Allah (membaca Basmallah), niscaya makanan itu akan mencukupi
kalian. (H.R. Ahmad, An Nasai dan Ibnu Hibban).
Pada hadits lain Nabi bersabda:
"Ketahuilah bahwa salah
seorang dari kamu bila hendak menggauli istrinya ia berkata: "Dengan
menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkanlah syetan
dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami", kemudia mereka berdua
dikaruniai anak (hasil dari hubungan tersebut) niscaya anak itu tidak akan
diganggu syetan. ( H.R.Bukhori).
Demikianlah peranan iman kepada Allah,
yang terwujud pada menyebut nama-Nya ketika hendak menggunakan suatu kenikmatan
dalam mendatangkan keberkahan pada harta dan anak keturunan.
2. Amal Sholeh.
Yang dimaksud dengan amal sholeh ialah menjalankan
perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syari'at yang diajarkan
Rasulullah. Inilah hakikat ketaqwaan yang menjadi persyaratan datangnya
keberkahan, sebagaimana ditegaskan pada ayat di atas. Dan juga ditegaskan pada
janji Allah dalam Q.S. An Nur 55:
"Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan Amal sholeh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan ornag-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir
sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
(Q.S. An Nur 55).
Diantara contoh nyata keberkahan harta
orang yang beramal sholeh ialah kisah Khidir dan Nabi Musa bersama dua orang
anak kecil. Pada kisah tersebut Khidir menegakkan tembok pagar yang hendak
roboh; guna menjaga agar harta warisan yang di miliki oleh dua orang anak kecil
dan terpendam di bawah pagar tersebut, sehingga tidak nampak dan diambil oleh
orang lain. Allah Ta'ala berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi: 82:
"Adapun dinding rumah itu
adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka
Tuhan-mu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhan-mu."
(Q.S. Al-Kahfi: 82).
Ulama' tafsir
menyebutkan bahwa ayah yang dinyatakan dalam ayat ini sebagai ayah yang sholeh
bukanlah ayah langsung kedua anak tersebut, akan tetapi kakeknya yang ketujuh,
yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tukang tenun.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
"Pada kisah ini terdapat dalil bahwa anak keturunan orang sholeh akan
dijaga, dan keberkahan amal sholehnya akan meliputi mereka di dunia, dan di
akhirat. Ia akan memberi syafa'at kepada mereka dan derajatnya akan ditinggikan
ke tingkatan tertinggi, agar orang tua mereka menjadi senang, sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur'an dan As Sunnah.
Akan tetapi sebaliknya, bila kita
enggan untuk beramal sholeh, atau bahkan mengamalkan kemaksiatan, maka yang
kita petikpun juga kebalikan dari apa yang telah disebutkan di atas.
Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Thaha: 124:
"Dan barang siapa berpaling
dari beribadah kepada-Ku / peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiyamat dalam keadaan
buta." (Q.S. Thaaha 124).
Ulama' ahli tafsir menyebutkan bahwa
orang-orang yang berpaling dari mengingat Allah dengan beribadah kepada-Nya,
maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka. Yang demikian
karena mereka senantiasa disiksa oleh ambisi menumpuk dunia, sifat kikir yang
senantiasa membakar hatinya, dan rasa takut akan kematian yang senantiasa
menghantuinya.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah
dari rizqinya akibat dari dosa yang ia kerjakan.” (H.R.
Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim).
Ibnu Qayyim berkata: “Dan diantara
hukuman perbuatan maksiat ialah: kemaksiatan akan menghapuskan keberkahan umur,
rizqi, ilmu, amalan, amal ketaatan. Dan secara global kemaksiatan menjadi
penghapus keberkahan setiap urusan agama dan dunia. Karenanya tidaklah akan
engkau dapatkan orang yang umur, agama, dan dunianya paling sedikit
keberkahannya dibanding orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Allah.
Tidaklah keberkahan dihapuskan dari bumi kecuali dengan sebab perbuatan maksiat
manusia.
Berikut beberapa amal sholeh yang
nyata-nyata mendatangkan keberkahan pada harta:
A. Mensyukuri segala ni’mat.
Tiada kenikmatan -apapun wujudnya- yang dirasakan
oleh manusia di dunia ini, melainkan datangnya dari Allah Ta’ala. Oleh karena
itu Allah Ta’ala mewajibkan atas mereka untuk senantiasa bersyukur kepadanya,
yaitu dengan senantiasa mengingat bahwa kenikmatan tersebut datangnya dari
Allah, kemudian ia mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya ia menafkahkannya di
jalan-jalan yang di ridhoi Allah. Orang yang telah mendapatkan karunia untuk
dapat bersyukur demikian ini, akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya,
sehingga Allah akan senantiasa melipat gandakan untuknya kenikmatan, Allah SWT.
Berfirman dalm Q.S. Ibrahim:7:
"Dan
ingatlah tatkala Tuhanmu mengumandangkan : "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih." (Q.S. Ibrahim: 7).
B. Gemar berShodaqoh
Shodaqoh
adalah salah satu amalan yang menjadi penyebab turunnya keberkahan. Allah
Ta'ala berfirman dalam Q.S. Al Baqarah: 276:
"Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah." (Q.S. Al Baqarah: 276)
Rasulullah
SAW. bersabda:
"Tiada pagi hari, melainkan
ada dua malaikat yang turun, kemudian salah satunya berucap (berdoa): Ya Allah,
berilah orang yang berinfaq pengganti, sedangkan yang lain berdoa : Ya Allah
timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfaq) kehancuran.
(H.R. Muttafaq 'alaih).
C. Bekerja mencari rizqi dengan
hati yang qona’ah tidak dipenuhi oleh ambisi dan keserakahan.
Sifat qonaah dan lapang dada dengan pembagian
Allah Ta’ala adalah kekayaan yang tidak ada bandingnya. Dahulu orang berkata:
“Bila engkau memiliki hati yang
qona’ah, maka engkau dan pemilik dunia (kaya raya) adalah sama”. Dan “Qona’ah” adalah harta karun yang tidak
akan pernah sirna”.
Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qona’ah, dan
keridhoan dengan segala rizqi yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan
akan dianugrahkan kepadanya:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-nya
lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rizqi yang telah Ia
berikan kepadanya. Barang siapa yang ridho dengan pembagian Allah Azza wa
Jalla, maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan
barang siapa yang tidak ridho (tidak puas), niscaya rizqinya tidak akan
diberkahi.” (Riwayat Imam Ahmad dan dishohihkan oleh Al
Albany).
Diantara metode yang diajarkan oleh Islam kepada
umatnya agar usahanya diberkahi Allah Ta’ala dan mendatangkan keberhasilan
ialah dengan menggunakan modal yang diperoleh dari jalan yang baik, serta
diperoleh tanpa ambisi dan keserakahan:
“Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya
Rasulullah pada suatu hari hendak memberi umar bin Khatthab suatu pemberian,
kemudian Umar berkata kepada beliau: Ya Rasulullah, berikanlah kepada orang
yang lebih membutuhkannya daripada aku. Maka Rasulullah bersabda kepadanya:
“Ambillah, lalu gunakanlah sebagai modal, atau sedekahkanlah, dan harta yang
datang kepadamu sedangkan engkau tidak berambisi mendapatkannya tidak juga
memintanya, maka ambillah, dan harta yang tidak datang kepadamu, maka janganlah
engkau berambisi untuk memperolehnya.” Oleh karena itu dahulu Abdullah bin Umar
tidak pernah meminta kepada seseorang dan tidak pernah menolak sesuatu yang
diberikan kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaih).
D. Istighfar/Bertaubat dari
segala dosa.
Sebagaimana halnya perbuatan dosa adalah salah
satu penyebab terhalangnya rizqi dari pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan
istighfar adalah salah satu penyebab rizqi datang dan diberkahi. Hal ini
sebagaimana dinyatakan oleh nabi Nuh ‘alaihissalam kepada umatnya:
"Maka
aku katakan kepada mereka: "Beristighfarlah kamu kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirmkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu
sungai-sungai." (Surat Nuh 10-12).
Berdasarkan ayat ini dan juga lainnya ulama' ahli
tafsir menjelaskan bahwa diantara manfaat istighfar dan taubat adalah
mendatangkan kelapangan rizki, kebahagian hidup, terhindar dari berbagai bentuk
petaka dan azab.
E. Menyambung Tali Silaturrahmi .
Diantara amal sholeh yang akan mendatangkan
keberkahan dalam hidup kita ialah menyambung tali silaturrahim, yaitu menjalin
hubungan baik dengan setiap orang yang terjalin antara kita dan mereka hubungan
nasab.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Barang siapa yang senang untuk dilapangkan
(atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya
ia bersilaturrahim.” (Muttafaqun ‘alaih).
Yang dimaksud dengan ditunda ajalnya ialah umurnya
diberkahi, diberi taufiq untuk beramal sholeh, mengisi waktunya dengan berbagai
amalan yang berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan terjaga dari
menyia-nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama
harumnya senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar umurnya ditambah oleh
Allah Ta’ala .
Sebagian
dari kita -bila mendapatkan keberhasilan dalam usaha, sehingga memiliki rizqi
yang berlebih dari kebutuhan- bukannya menyambung tali silaturrahim, akan
tetapi malah memutusnya. Banyak dari kita yang siap untuk menjalin hubungan
dengan siapapun, terkecuali dengan kerabat sendiri. La haula walaa quwwata illa
billah.
F. Mencari Rizqi Dari Jalan Yang
Halal.
Merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya
keberkahan harta kita ialah harta tersebut diperoleh dari jalan-jalan yang
halal.
“Janganlah kamu merasa bahwa
rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati,
hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya,
maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan mengambil yang
halal dan meninggalkan yang haram.” (H.R. Abdurrazzaq, Ibnu
Hibban, dan Al Hakim).
Diantara hal yang akan menghapuskan keberkahan
ialah berbagai bentuk praktek riba:
"Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah." (Al Baqarah 276)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Allah
Ta'ala mengabarkan bahwa Ia akan memusnahkan riba, maksudnya bisa saja
memusnahkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya atau menghalangi
pemiliknya dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian pemilik riba
tidak mendapatkan kemanfaatan harta ribanya, bahkan Allah akan membinasakannya
dengan harta tersebut dalam kehidupan dunia, dan kelak di hari akhirat Allah
akan menyiksanya akibat harta tersebut.
Penafsiran
Ibnu Katsir ini semakna dengan hadits berikut:
“Sesungguhnya (harta) riba, walaupun banyak
jumlahnya, pada akhirnya akan menjadi sedikit.” (H.R. Imam
Ahmad, At Thabrany, Al Hakim dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dan Al Albany).
Bila kita mengamati kehidupan orang-orang yang
menjalankan praktek-praktek riba, niscaya kita dapatkan banyak bukti bagi
kebenaran ayat dan hadits di atas. Betapa banyak pemakan riba yang hartanya
berlimpah ruah, hingga tak terhitung jumlahnya, akan tetapi tidak satupun dari
mereka yang merasakan keberkahan, ketentraman dan kebahagiaan dari harta haram
tersebut.
Masih
banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan
seorang muslim. Apa yang telah saya paparkan di atas hanyalah sebagai contoh.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan keberkahan-Nya kepada
kita semua. Dan semoga pemaparan singkat ini dapat berguna bagi saya pribadi
dan setiap orang yang mendengarnya.
Wsslm.
Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar