Anggapan sebagian besar ulama
islam adalah bahwa matan hadits setidak-tidaknya yang terkandung berbagai
kolonik klasik adalah asli/shahih. Status kolonik yang diberikan kepada al-jami'
al-sahih dari Abd Allah Muhammad ibnu ismail al-Bukhari (meninggal 256/870)
dan al'jami' al-Sahih dari Abu Husayn Muslim ibnu al-Hajaj (meninggal
261/875) dan untuk sebuah tingkatan yang lebih rendah kepada kitab al-Sunan dar Sulayman ibnu al-Ash'ath Abu Da'ud
al-Sijistani (meninggal 275/889), al'jami' al-Sahih dari Abi Isa Muhammad al-Tarmizi(meninggal
279/892-3), kitab al-Sunan dar
Abu Abd Allah Muhammad ibnu Yazid al-Raba'I al-Qazwini ibnu Majah (meninggal
273/887). Untuk 6 kitab collection ini
ditambah dengan karya yang lain , yang utama Musnad dari Ahmad ibnu Hanbal
(meninggal 241/855), namun karya-karya yang lain ini belum memperoleh sama
sekali tingkatan yang authoritas,
sementara 6 kitab ini tidak kebal dari kritik. Itu secara umum percaya bahwa
diantara mereka mengandung tulisan yang alsi dan sangat komplit rekaman yang
tenatang kata-kata dan perbuatan nabi Muhammad. Meskipun, beberapa sarjana
barat belum dermawan(selektif) menilai dari materi mereka. sebagian besar
muslim merasa analisis yang tajam untuk menjadi subjek oleh kolektor oleh penjamin
Huraian Muslim Sunni
Tradisional
Bagi orang muslim,
meriwayatkan kata-kata dan perbuatan nabi Muhammad adalah setua islam itu
sendiri. Al-Qur'an memerintahkan untuk ke orang muslim untuk mengikuti
contoh-contoh nabi muhammad dan karena itu dari sangat awal pada sahabat
memperhatikan mereka dengan mengikuti sunnah(perilaku/kebiasaa(adat)) Nabi,
yang telah terwujud dalam hadits yang menceritakan kata-kata dan perbuatan beliau. Muhammmad
dipikirkan telah mengambilkan beberapa penderitaan untuk meyakinkan pergunaan
dan penyebaran sunnahnya. , khalifah
bani Umayyah Umar II percaya telah memerintahkan koleksi hadits pertama dalam bentuk yang resmi,
khawatir hadits mungkin akan hilang.
Awal Mula Kepercayaan Raja
Barat
Beberapa sarjana barat telah menerima, dengan beberapa
syarat, dan asumsi ini dan menggunakan yang lain keaslian dan penanggalan tentang
asal usul materi hadits adalah issu-issu yang telah menghasilkan, terus
menghasilkan perdebatan yang seru/ hangat. Dalam 1848 Gastav Weil, setelah
mencatat bahwa Bukhari telah mempertimbangkan 4,000 dari keaslian hadits untuk
menjadi keaslian matan. Menganggap bahwa kritis orang Europa lebih lanjut
memerlukan untuk menolak tanpa ragu-ragu di sebagian yang paling sedikit itu
4.000. Ia telah mengekuti oleh Aloys Sprenger, yang menganggap bahwa beberapa
hadits yang tidak di anggap hadits sahih. Bagaimana pun, bahwa ada perdebatan
tentang keaslian hadits di dunia barat seharusnya untuk menjadi teori-teori
yang baru bagi Ignaz Goldziher. Tujuan selanjutnnya yang diambil oleh perdebatan ini, suatu
tujuan yang mefokuskan kepada peranan hadits dalam asal usul dan
perkembangan asal usul ilmu hukum
muslim. Bagian besar karena karya-karya Joseph Schacht.
Goldziher dan Anjuran terhadap
Scepticism
Sementara ilmuan barat yang lain
telah mengungkapkan keraguan tentang keraguan hadits sebelum Goldziher. Dia lah
yang jilid yang kedua dari Muhammedanische Studien yang pertama kali menguraikan yang jelas
raguan ini. Perkenalan dengan bagian besar hadits dalam Kutub at-tis'ah menunjukkan kecurigaan
yang sceptive yang kepercayaan yang optimis. Goldziher menyimpulkan bahwa
hadits ini tidak dapat digunakan sebagai document untuk sejarah pertumbuhan
islam, tetapi lebih sebagi refleksi berbagai kecenderungan yang tampak dalam masyarakat terhadap yang lebih dewasa (berkembang)
Goldziher kecurigaan tentang
keaslian hadits sumber asal dari beberapa pengamatan. Materi yang ditemukan
sebagai koleksi belakangan tidak membuat rujukan untuk membuat koleksi yang
lebih awal dan menggunakan dalam isnad
mengimplikasikan secara lisan, bukan sumber tertulis. Selain itu, di mana-mana
tradisi bertentangan, pengembangan biakan hadits hadits dalam koleksi yang
kebelakangan yang tidak membuktikan untuk dalam peringatan awal, kenyataan
bahwa sahabat-sahabat yang lebih muda tampaknya utuk lebih mengetahui tentang
nabi muhammad (yakni, mereka yang meriwaytkan beberapa hadits), sahabat yang
sunoir agaknya mengetahui tentang nabi
muhammad pada masa yang lebih lama, itu menunjukkan bahwa pemalsuan dalam sekala
besar hadits yang terjadi.
Joseph Schacht dan Samaran tentang
Hadits
Generasi sarjana
selanjutnya, Joseph Schacht sebagian terbesar terkemukan mengangkat atas
tradisi Scepticism atas pendapat Goldziher dan dalam memulainya "Asal Usul
ilmu hukum dari Muhammad".
Goldziher's terus belajar tentang muslim, sebagai dasar atas point yang
paling sedikit dalam keberangkatan untuk beberapa studies tentang hadits di
barat .
Keperhatian utama
bagi Schacht adalah "asal usul hukum Islam", hukum Syara', dan
keistimewa peran Syafi'I dalam memperkembangkan hukum syara', tradisi ini dan
gagasan tentang teoridalam bertanggungjawaban dalam memperjuangkan Sunan, sunan
khususnya dipahami sebagai model akhlak dari
Muhammad sebagai menentang (tradisi hidup) dalam masyarakat muslim. Yang
mana kekuatan atau kekuatan tidak mengclaim untuk memiliki menunjukkan sebuah
sanad yang bersambung dari Muhammad, in
so doing , Joseph Schacht mendiskusikan tenteng proses dalam berkembangan
materi hadits pada saat itu(dan sebab
itu, keaslian kebenaran dan waktunya)
Schacht menyatakan
bahwa Hadits, teristimewa dari Muhammad , bukan terbentuk bersama dengan
Al-Qur'an, dasar yang asli hukum islam dan ilmu hukum sebagai tradisi yang
dibuat-buat. Lebih baik, hadits adalah inovasi (pembaharuan) yang memulai
setelah beberapa hukum dasar yang telah siap untuk di buat."sekolah hukum
kuno memberikan consep sunnah yang lama atau 'kehidupan masyarakat' sebagai
ideal praktek di masyarakat, menyatakan dalam menerima bagi doktrin di sekolah
hukum kuno". Dan praktek ideal inilah
yang telah mewujudkan dalam berbagai bentuk, tetapi tentu saja tidak ekslusip dalam hadits dari
nabi. Schacht memperdebatkan bahwa hadits itu tidak sampai Syafi'I bahwa sunnah
telah ekslusip memperkanalkan dengan
matan hadits dari nabi untuk mana yang dia beri, tidak untuk pada waktu
pertama tetapi untuk waktu konsekwen yang pertama, menolak sumber. Asyafi'I memperdebatkan
bahwa lengkap satu demi satu, hadits itu mengasingkan kembali untuk nabi.
Mengira sanad itu tidak duga. Menerima lebih diutamakan daripada lengkapnya
sahabat dan beberapa argumen dan semua sahabat, pengganti, kebelakangan sumber.
Catatan Schacht bahwa :
Surat keterangan
dua generasi sebelum Syafi'i untuk
tradisi dari sahabat dan penggantinya telah mengendalikan, untuk tradisi dari
nabi sendiri tanpa kekecualian. Dan itu telah kaum kiri untuk Syafi'I untuk
membuat dasar-dasar kekecualian. Kami akan membuat kesimpulan bahwa, umum
dan mengatakan lebar, tradisi dari para
sahabat dan pelengkapnya adalah
permulaan ini dari Nabi.
Tradisi yang Terus Menerus Awal Nabia Abbott
Nabia mencoba untuk berpendapat bahwa ada praktek dini
dan terus menerus menulis hadits dalam Islam.
dengan "awal" ia berarti bahwa para sahabat nabi sendiri terus
catatan tertulis dan hadits dengan "berkelanjutan"
yang hadits paling ditransmisikan dalam bentuk tertulis (di samping transmisi oral) sampai waktu mereka
disusun dalam koleksi kanonik. untuknya, maka, inilah transmisi tertulis
hadits yang berfungsi sebagai jaminan keaslian mereka.
Abbott mengakui bahwa sarjana
barat,seperti Goldziher dan Schacht, soal kejujuran dalam leporan yang lalu
yang berkaitan selama mempunyai aktivitas dalam periode awal. Dia ditetapkan
bahwa dia sendiri yang memberikan ini sama-sama
meragu-ragukan tetapi sekarang percaya mereka menyebarkan dengan tidak
tepat,untuk memberi gambaran pada periode ini adalah terus menerus secara
relative dan sumber yang membuktikan, Abbott
mengatakan lagi :
untuk tidak hanya ada gelar yang luar biasa dari
kebulatan suara di antara para siswa dan pengikut mengagumi orang-orang ini dan
seperti yang berpikiran traditionist tentang kegiatan sastra secara
keseluruhan, tetapi enggan dan pada waktu mencela kesaksian oleh oposisi
saksinya sastra. selanjutnya ... ada lusinan ada sezaman tersebar di seluruh
kerajaan yang luas yang terlibat dalam kegiatan serupa tetapi karena satu dan yang
lain pernah menerima perhatian publik ditandai
M.M Azami dan Kritik Schacht
Azami dalam dua karya
besar, Studies in Early Hadits Literature dan Schacht's
Origins of Muhammad Jurisprudence,, telah
berusaha untuk memperbaiki kekurangan
yang dirasakan sarjana barat pada
literatur hadits dan
khususnya untuk membantah teori
Schacht. metodenya tidak sama sekali perbedaan
dari Abbott dan itu Sezgin, tetapi fokusnya
adalah. ia tidak hanya keluar
untuk merebut kembali keaslian bahan hadits dalam
koleksi klasik, tetapi juga
untuk membuktikan keandalan isnad yang mendukung
mereka.
Azami berpendapat (seperti Abbott dan Sezgin)
bahwa sudah ada aktivitas sastra intens
pada masa nabi, yang ia sendiri telah sangat
dianjurkan. ini berlanjut baik di
alam sekuler dan
agama pada masa pemerintahan Bani
Umayyah. yang Azami telah menetapkan panggung
untuk argumennya bahwa hadits
ditulis turun bahkan pada zaman muhammad. Dia
kemudian mulai daftar ratusan
sahabat, penerus, dan sarjana dari
150 tahun pertama islam yang menurut dia,
menuliskan hadits, bersama dengan nama-nama siswa yang
diterima hadits dari
mereka dalam bentuk tertulis. yaitu, ia
menyatakan telah terjadi tradisi, terus menerus ditulis awal, dengan demikian
menyiratkan bahwa keaslian bahan hadits lebih terjamin. dan lagi, argumen
(bahwa itu adalah) adalah salah satu yang bergantung pada anggapan dan isnad
mengobati dan literatur rijal sebagai independen, tetapi saling menguatkan
sumber.
hadits dilengkapi
dengan pembelaannya terhadap isnad. Schacht yang
berpendapat bahwa, sementara sistem isnad mungkin
otentik untuk hadits yang isnad berakhir
dengan ulama abad kedua,
mereka tentu tidak bagi mereka yang
diakhiri dengan nabi atau para sahabat. Azami
rusak pendapat Schacht
itu menjadi enam titik
utama dan membahas satu per satu.)
Pertama Azami membahas klaim yang dibuat oleh Schacht dan
lain bahwa sistem isnad dimulai pada awal abad kedua atau mungkin akhir
pertama. ia mengutip baik Horovitz dan Robson untuk mendukung klaimnya bahwa
penggunaan isnad, seperti penggunaan catatan tertulis, sangat awal . Azami
mengemukakan laporan ascribled untuk ibnu Sirin bahwa penggunaan isnad dituntut
setelah fitnah itu. dan untuk Azami, datangnya fitnah dengan penggunaan isnad
adalah antara Ali dan Mu'awiya (36 H).
lebih jauh lagi, Azami berpendapat bahwa ini repost
menyatakan bahwa itu hanya setelah waktu yang isnad yang "menuntut"
menyiratkan bahwa mereka harus telah digunakan sebelum waktu itu, meskipun
mungkin kurang ketat.
kedua, pernyataan Schacht bahwa sanad adalah bagian yang
paling sewenang-wenang dari hadits diserang oleh Azami. Azami menemukan bukti
yang cukup untuk menolak ini transmisi lisan adat. Sezgin menyimpulkan dari
ini, sekarang kita harus datang lebih dekat dengan kenyataan bahwa transmisi
ini telah involed dan bahwa nama-nama authore yang terkandung dalam isnad.
Ketiga, dengan tuduhan bahwa isnad secara bertahap
ditingkatkan melalui fabrikasi dan perubahan, Azami mengakui bahwa isnad yang
rusak ada di materi hadits, tetapi menolak gagasan bahwa mereka menunjukkan
sesuatu yang penting tentang perkembangan hadits. bahwa al-Syafii, untuk sebuah
contoh, secara terbuka mengakui bahwa memori
rusak itu telah menyebabkan dia melupakan bagian isnad. tradents lain, demi
singkatnya, mungkin telah memilih untuk memberikan isnad tidak lengkap
"membaik", ketika muncul dalam bentuk yang lebih lengkap sebuah karya
kemudian.)
Keempat, Schacht menyatakan
bahwa otoritas tambahan dibuat dalam waktu Syafii
untuk meniadakan kritik terhadap sebuah hadits yang
"terisolasi" (yaitu, penyebaran
tentang teori isnad).
Azami kritik Schacht
untuk menggunakan terutama argumen esilendio. hanya
karena transmisi lainnya dari
hadits tidak tercatat sampai nanti tidak berarti mereka tidak ada pada waktu yang
"terisolasi" satu direkam. mungkin pada waktu itu mengemukakan
sebuah hadits pun
yang dianggap cukup dan pengulangan berlebihan.
Kelima, seperti untuk rangkaian isnad dan
pernyataan Schacht bahwa mereka adalah palsu. Argumen Azami mengutip
Robson bahwa bahkan jika ada yang membuat
rangkaian isnad, mereka pasti telah
dimodelkan pada isnad keluarga asli, Azami
menunjukkan hal itu akan lebih tepat
untuk mengatakan "semua keluarga
isnad yang tidak asli, dan semua keluarga tidak palsu"
Keenam, pada masalah teori Common
Link, Azami menunjukkan bahwa contoh yang digunakan oleh Schacht tidak pada kenyataannya kasus link yang sama. ia
menunjukkan bahwa pemeriksaan
dekat dari teks al Syafii mengungkapkan bahwa ada satu chan dari
nabi untuk Amr,
yang kemudian ditransmisikan ke tiga dari murid-muridnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar