PENDEKATAN DAN CORAK TAFSIR
MAKALAH
Oleh:
Enjen Zaenal Mutaqin
NIM : 1209103010
Disajikan pada mata
kuliah :
Metodologi Tafsir I
Dosen : Solehuddin M.ag
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
a. Corak tafsir
Dalam khazanah tafsir,
dikenal beberapa pendekatan dalam memahami corak penafsiran yang dilakukan oleh
mufassir; Quraish Shihab misalnya memebedakan menjadi dua corak, corak bil
mas’tsur , dan bil Ra’yi .yang disebut pertama diklaim sebagai model tafsir
yang lebih menekankan pada makna makna literal teks Al Qur’an dengan riwayat
sebagai senjata utama dalam memahami teks. Kemudian yang terakhir lebih
menekankan rasio dalam menalar teks Al Qur’an dengan rasio sebagai senjata
dalam memahami teks Al Qur’an.
Corak maa’tsur
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, memaparkan ketelitian redaksi ayat
ketika menyampaikan pesan pesannya dan terakhir mengikat mufasir dalam bingkai
teks ayat ayat, sehingga membatasinya agar tidak terjerumus dalam subyektifitas
berlebihan.
1. Corak-corak
penafsiran
a. Corak sastra bahasa,
artinya tafsir menggunkan pendekatan gaya dan keindahan bahasa. Contoh T. Ma’ani Alquran, T.
Alkasysyaf.
b. Corak filsafat dan
Teologi
c. Corak penafsiran
ilmiah
d. Corak fiqh atau hukum,
contoh T. jamii’ul Quran, Ahkam Alquran, nailil maram.
e. Corak Tasawuf
f. Corak sastra budaya
kemasyarakatan pada masa Muhammad Abduh.
2. Jenis-jenis metode
penafsiran Alquran
a. Corak ma’tsur (
riwayat )
Tafsir bilma’tsur
adAlah tafsir yang berdasarkan pada Alquran atau riwayat shohih. Empat hal yang
menjadi sumber penafsiran Alqur’an ;
1. Alqur’an dengan
Alqur’an
2. Alqur’an dengan
hadist
3. Atsar para sahabat,
contoh penafsiran Ibnu Abbas pada surat An Nasr.
4. Pendapat tokoh-tokoh
tabi’in yang dianggap sebagai yang bertemu langsung dengan para sahabat. Contoh
Penafsiran As-shoffat ayat 65 dentgan syair Imr Al Qays. Namun, mengenai para
tabi’in ini ada yang memperdebatkan karena mereka tidak bertemu langsung
dengnan rosululloh SAW.
Keistimewaan tafsir bil
ma’tsur adalah :
1. Menekankan
pentingnya bahasa dalam memahami Alquran
2. Memaparkan
ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesanya
3. Mengikat mufassir
dalam teks ayat-ayat agar tidak terjerumus dalam subjektifitas berlebihan.
Sedangkan kelemahan
tafsir bir Ra’yi adalah :
1. Terjerumusnya
mufassir pada uaraian bahasa yang bertele-tele sehingga pokok bahasanya menjadi
kabur.
2. Terjadi pemAlsuan
dalam tafsir. Dicatat oleh Adz-Dzahabi ini terjadi saat timbulnya perpecahan
kaum Muslimin yang menimbulkan Aliran-Aliran Syi’ah, khawarij, & Murji’ah.
3. Masuknya unsure
israilliyat yang isinya dapat merusak akidah umat.
4. Penghilangan sanad,
Tafsir yang cukup representatif sebagai contoh adalah Tafsir Muqotil bin
sulaiman yang tidak disertai dengan sanad.
5. Nuzulul quranya
sering terabaiakan sehingga ayat-ayat tersebut bagaikan turun bukan dAlam satu
masa.
b. Tafsir Bir Ra’yi
Tafsir Bir Ra’yi adalah
tafsir yang didalamnya menjelaskan makna atau maksudnya, mufassir hanya
berpegang pada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan (istinbath)
pundidasarkan pada logikanya semata. Rasio yang tidak disertai bukit-bukti akan
berakibat pada penyimpangan terhadap Al-Quran. Kebanyakan orang yang melakukan
penafsiran ini adalah ahli bid’ah, penganut madzhab yang bathil. Mereka
menggunakan Al-Quran untuk ditakwilkan menurut pendapat pribadi yang tidak
berpijak pada penafsiran ulama’ salaf, sahabat dan tabi’in. Diantara mereka ada
yang menulis tafsirnya dengan menyisipkan pemikiran madzhabnya dalam untaian
kalimat indah yang dapat memperdaya banyak orang, seperti yang dilakukan oleh
penulis tafsir Al-Kassyaf dalam menyisipkan ajaran mu’tazilahnya, Tafsir
Abdurrahman bin Kaisam Al Asam.
Status hukum tafsir bir
Ra’yi, menafsirkan Alquran dengan rasio dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang
shahih adalah haram.
3. Metode penalaran :
pendekatan dan corak-coraknya
1. Metode tahlily /
tajzi’iy adalah metode yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan
ayat-ayat Alqur’an dari berbagai seginya
secara beruntut. Yaitu, bermula dari kosakata, asbabunnuzul, munasabat, dan
lain-lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat. Kelebihan dari metode
ini adalah memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa
kata ayat. Penafsiran dengan metode ini mencakup berbagai aspek dalam setiap
ayat. Analisis ayat dilakukan secara mendalam sesuai dengan keahlian mufassir.
Contohnya tafsir Alkasysyaf karangan Al zamakhsyari dan Tafsir Al kabir
karangan Al Razi.
2. Metode ijmaly /
metode global adalah cara menafsirkan
ayat-ayat Alqur’an dengan menunjukkan kandungan makna yang terdapat pada suatu
ayat secara global. Mufassir cukup menjelaskan kandungan ayat secara garis
besar saja.
3. Metode Muqorin
adalah metode yang dilakukan dengan cara membandingkan ayat Alqur’an yang satu
dengan yang lainya, yaitu ayat-ayat yang memiliki kemiripan redaksi dalam dua
atau lebih kasus yang berbeda atau memiliki redaksi yang berbeda dengan kasus
yang sama atau diduga sama.
Cara muqorin tersebut
dilakukan sebagai berikut;
1. Menginventarisasi
ayat-ayat yang mempunyai kesamaan dan kemiripan redaksi
2. Meneliti kasus yang
berkaitan dengan ayat-ayat tersebut
3. Mengadakan
penafsiran
II. KESIMPULAN /
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan-penjelasan
diatas, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Yang dimaksud dengan
pendekatan dalam hubungannya dengan kajian tafsir adalah menjadikan suatu
disiplin ilmu tertentu sebagai paradigma dan cara pandang dalam proses penggalian
kandungan makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengingat bahwa
pendekatan adalah menjadikan disiplin ilmu tertentu sebagai kerangka dan pola
pikir dalam menafsirkan Al-Qur’an, maka dengan demikian, pendekatan-pendekatan
yang dapat digunakan dalam proses penafsiran juga sangat variatif. Di antara
pendekatan yang populer dipergunakan oleh para mufassir adalah ; pendekatan
kebahasaan, pendekatan historis, filosifis, sosial budaya (kemasyarakatan),
fikih (hukum), ilmiah dan tasawuf.
3. Penggunaan multi
pendekatan dalam proses penafsiran Al-Qur’an sangat membantu untuk melihat dan
menemukan esensi pesan-pesan ilahiyah yang terkandung dalam Al-Qur’an.
4. Dalam proses
penafsiran Al-Qur’an, pendekatan merupakan pisau bedah yang dapat membantu
menemukan makna dari isyarat-isyarat Qur’aniy. Oleh sebab itu penggunaan multi
pendekatan akan lebih membantu menyingkap makna lebih banyak dari ayat-ayat
Al-Qur’an.
5. Pemahaman terhadap
sejumlah pendekatan dalam menafsirkan Al-Qur’an akan mengantar seseorang
bersikap bijaksana dan melihat bahwa suatu pandangan penafsiran merupakan
khazanah pemikiran umat Islam.
6. Akhirnya penulis
berpesan “ agar seorang akademisi tidak terjebak pada perdebatan dan saling
menyalahkan yang tidak berujung pangkal, yang pada gilirannya akan ada
keretakan di tubuh umat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar