A. Hal-hal yang menjadi kecenderungan dalam masalah tafsir Ilmi
Diantara penelitian pendukung
dan penentang tafsir ilmiah, ada satu pendapat yang terkhusus dengan tema ini,
tetapi sebelumnya akan saya uraikan hal-hal berikut yang kedua kelompok
tersebut meyakini sebagai kesempurnaan iman.
1. Islam
menganjurkan menuntut ilmu dan memuliakan ahlinya.
2. Ilmu yang dianjurkan agama Islam
adalah ilmu yang memberi petunjuk manusia kepada kelakuan yang lebih baik dan
masa akan datang yang lebih mantap, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi
3. Bahwa
Alquran membahas segala cipataan Allah dan mengajak berpikir terhadap bagusnya
ciptaan Allah. Alquran tidak diturunkan untuk menjadi ilmu bintang, arsitektur,
kedokteran atau sebagai rujukan ilmu pertanian, kelautan, dan lain-lain, tetapi
Alquran membahas ini hanya sebagai tinjauan ulama dan lainnya kepada sang
pencipta dan untuk mengesakan-Nya.
4. Kemu’jizatan Alquran tidak hanya
terkhusus pada satu hal saja untuk menyesuaikan dengan penemuan-penemuan ilmiah
modern bagi sebagian ayat-ayat Alquran, tetapi kemu’jizatan Alquran sudah ada
sebelum dan sesudah penemuan ilmiah modern
5. Mustahil
bila penemuan ilmiah bertentangan dengan Alquran, karena mustahil antara ucapan
dengan perbuatan Allah terdapat pertentangan, karena yang menciptakan sesuatu
dan yang meurunkan Alquran adalah satu, yaitu Allah Swt.
6. Untuk
membuktikan kebenaran Alquran tidak perlu dengan penemuan-penemuan terbaru,
tetapi penemuan baru itulah kadang-kadang perlu dibuktikan kebenarannya.
Intinya, untuk menentukan seimbang atau benar perkataan Allah bukanlah dengan
pendapat manusia.
7. Ibarat
Alquran mempunyai kandungan makna yang paling benar dalam segala lini
kehidupan, bukan sebaliknya.
8. Penemuan
ilmiah hakikatnya adalah suatu permasalahan, dan menggampangkan dalam
penafsiran Alquran melalui hakikat ilmiah adalah permasalahan yang lain.
Bukanlah suatu penemuan ilmiah dikatakan ilmiah adalah mendalami apa yang tidak
sanggup didalaminya.
Kalau boleh saya berpendapat, bahwa wajib bagi kita
membersihkan Alquran dari sifat yang tidak Allah sampaikan, karena Allah
menurunkan Alquran bukanlah untuk mengajari manusia ilmu kedokteran,
perbintangan, kimia, dan lain-lain. Namun demikian,
tidaklah antara Alquran dengan ilmu pengetahuan terdapat kontradiktif dan Islam
lari dari ilmu pengetahuan.
Berikutnya, saya berpendapat tidak menjadi suatu
keharusan ulama kontemporer untuk mengarang kitab yang panjang atau tidak untuk
membicarakan ayat-ayat Alquran dari segi ilmu modern. Seandainya juga mereka
tetap berkeinginan melakukana penafsirannya, tetapi saya melihat adanya
ketidaksinambungan antara ayat-ayat dengan penjelasan mereka pada
kebanyakannya, sebagai contohnya kitab tafsir “Jawahir AlQuran” karya Thantawi
Jauhary.
Namun demikian, bukan
bermaksud AlQuran melarang muncul hal-hal baru sebagai kemu’jizatan Alquran,
misalnya ada sisi penemuan yang sesuai dengan masa sekarang. Para ulama
mengatakan, Alquran memberikan wilayah khusus dalam pembuktian. Hal ini
berdasarkan, jika kita temukan penemuan ilmiah yang ada dalam Alquran,
maka tidak ada larangan kita mengatakan, bahwa hal itu adalah masuk dalam
kandungan Alquran. Tetapi kita tidak harus meyakininya, karena penemuan ilmiah
yang ditafsirkan oleh ulama tidak disebutkan dalam nash AlQuran.
Selanjutnya, apabila penemuan
ilmiah oreientasinya untuk perkembangan zaman, maka hal itu masuk dalam
kandungan ayat Alquran. Namun, bila terjadi ketimpangan maka jangan menyalahi
Alquran, karena nash Alquran tidak menyatakan sebuah nash yang melebihi dari
suatu hakikat, tetapi kesalahan hanya ditujukan kepada pada adanya penemuan
ilmiah semata. Contohnya; sebagian ulama kontemporer, dalam menafsirkan; ومن كل شئ خلقنا زوجين لعلكم تذكرون., maksud dari kalimat Zaujaini
adalah dua hal yang berbeda dari jenis laki-laki dan perempuan, apakah itu pada
manusia, hewan, dan benda mati. Mereka berpendapat, jika tinjauan terbaru dari
asal kejadian sesuatu dari semua ciptaan baik yang hidup atau yang mati adalah
dari dua pasangan yaitu sperma dan ovum. Dari sini, saya mengatakan
perkataan Alquran juga mengandung makna ini, tetapi Alquran tidak menentukan
seperti itu.
B. Penemuan ilmiah termasuk dalam bagian kandungan makna-makna Alquran
disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagian
penafsiran ini memerlukan kehatian-hatian, banyak yang tersalah dalam hal
tersebut, karena saya melihat perlu bagi yang mendalami tafsir ini untuk
mempunyai pegangan ilmu agama dan dunia sekaligus.
2. Harus bagi
kita mengkaji Alquran terhadap semua hal-hal yang pokok . Bila ada yang sesuai
dengan penemuan modern, maka kita terima, kalau sebaliknya ditolak. Maka
kajian yang hanya untuk tujuan perobaan dan perbandingan hal itu tidak mengapa.
3. Harus menjaga segala makna kosa kata
berdasarkan kosa kata yang digunakan pada masa Alquran diturunkan dan yang
dikembangkan pada masa Nabi.
4. Tidak boleh
meninggalkan esensi lafad Alquran dan beralih kepada makna majaz.
5. Tidak
terlepas dari kaidah-kaidah gramatikal.
6. Harus
menjaga gaya bahasa balaghahnya.
7. Berpegang
pada makna yang lebih banyak sahih terhadap kandungan Alquran.
8. Harus
mengkromikan ayat-ayat yang berbicara tentang masalah ilmiah.
9. Jangan
spontan meyakini apa yang dihasilkan dari penemuan ilmiah.
Sebagai landasan hal-hal yang diatas adalah:
“Wajib terus menerus mempelajari tentang hakikat manusia. Adapun
hakikat Allah ini sudah final kajiannya. Intinya dua masalah ini adalah wilayah
kajian yang berbeda.”
Inilah suatu pendapat saya
dalam masalah ini dan ada yang sepakat dan ada juga yang tidak. Saya gambarkan
sebuah bahasan tentang hal ini dari Sayyid Qutub sebagai berikut, ia berkata
pada pertengahan penafsiran (يسألونك عن
الآهلة قل هي مواقت للناس والحج) dari surat al-Baqarah:189.
jawaban “Ilmiah” dari pertanyaan ini terkadang menjadi sebuah anugerah bagi
penanya sebuah kajian ilmu terkait ilmu perbintangan disebabkan diantara mereka
ada yang sanggup memahaminya.
Isi Alquran yang menjadi
pengamalan manusia adalah zat, daya pikir, keyakinan, perasaan, pemahaman,
jalan, segala amalan, segala keterikatan, dan hubungannya.
Adapun ilmu yang bersifat
materi dan kejadian dalam alam materi dengan segala perantaraan dan
jenis-jenisnya adalah itu dipercayakan kepada akal manusia berdasarkan
ketentuan dan kebiasaan kejadian dunia.
Dalam hal ini, Alquran
membolehkan supaya tidak terjadi kerusakan dan membuat aturan sebagai
kelangsungan hidup dan hal-hal lain yang menjadi kebutuhan dalam mengolah bumi
ini. Alquran adalah kitab yang sempurna kajiannya. Kajiannya lebih luas
dibandingkan semua ilmu yang lain. Penelitian dan percobaan adalah bagian dari
focus akal dan Alquran mengarahkannya.
Setiap proses untuk menjelaskan isyarat-isyarat
Alquran secara umum dengan sesuatu yang lain sampai kepada tinjauan baru atau
hakikat penemuan ilmiah, hal itu melewati metode dasar yang salah pada awalnya,
seperti ada tiga makna yang tidak sesuai dengan Alquran;
1. kecerobohan
yang membuat bimbang sebagian manusia, bahwa ilmu adalah Tuhan dan Alquran
sebagai pengikut. Jika demikian, maka terjadilah penyelewengan dalam menentukan
Alquran dengan ilmu atau bagian dari ilmu.
2. Jelek
memahami Alquran dan sifatnya
3. Takwil yang
kelewatan dan memberatkan dalam memahami nash-nash Alquran
Walaupun demikian, semua hasil
penemuan dan hakikat sesuatu, kejadian, kehidupan, dan manusia adalah dipahami
dari Alquran, sedangkan kita tidak mampu. Allah berfirman; سنريهم أياتنا فالأفاق وفي أنفسهم حتى يتبين لهم أنه
الحق
Bagaimana kita menjelaskan nash-nash
Alquran dengan dalil yang tidak final dan pasti. Allah berfirman; وخلق كل شيئ فقدوه تقديرا ( dari ayat itu Allah lah yang membuka pemahaman ilmiah), خلقنا الأنسان من سلالة من طين , (menemukan tinjauan pertumbuhan dan perkembangan) , والشمس تجري لمستقر لها , (menemukan hakikat dari perputaran matahari.
Ilmu mengatakan, matahari
berjalan dibandingkan dengan bintang-bintang dengan kecepatan ukuran 12 mil.
Sedangkan putarannya dibandingkan dengan satu bintang berkecepatan 170 mil. Hal
seperti ini bukanlah bagian dari dalil-dalil Alquran. Putaran matahari
menghasilkan tinjauan sebuah hakikat tanpa penghabisan. Sedangkan ayat-ayat
Alquran memberikan kepada kita suatu yang sudah pasti, yaitu matahari berputar.
C. Karya-karya terpenting tentang tafsir ilmi
Para pendukung tafsir ilmi ini khususnya masa sekarang
banyak sekali dan banyak karya-karya dari mereka, tetapi suatu yang
mengherankan adalah sebagian mereka dalam menyusun karya mereka tidak saya
temukan landasan yang kongkrit dalam ilmu syariat atau ilmu modern, melainkan
hanya mengambil disana sini sehingga menjadi sebuah karya mereka. Sebagian karya mereka adalah:
1. al-Jawahir
fi tafsir al-Quran al-Karim, karya al-Syaikh Thantawi Jauhari
2. al-Quran wa
al-‘Ulum al-‘Ashriyah, karya
3. al-Islam wa
al-Tibb al-Hadits, karya Tabib Abdu al-‘Aziz Ismail
4. al-‘Ijaz
al-‘Adad lil al-Quran al-Karim, Karya Abdu al-Razzaq Naufal
5. al-Quran wa
al-Ilmu al-Hadits
6. al-Islam fi
‘Ashri al-Ilmu, DR. Muhammad Ahmad al-Ghamrawi
7. al-Tafsir
al-Ilmi li al-Ayat al-Kauniyah fi al-Quran, karya Hanafi Ahmad
8. Tafsir
al-Ayat al-Kauniah, DR. Abdullah Syahatah
9. Ayat Allah
Ta’ala, Muhammad Wafa al-Amiri
10. al-‘Ijaz al-Ilmi fi Islam,
karya Muhammad Kamil Abdu al-Shamad
11.al-Tibb al-Waqai fi Islam, karya
DR. Ahmad Syauqi al-Fanjari
12. Dirasat al-Kitab
al-Muqaddasah fi Dzau al-Muarif al-Haditsah, karya Tabib al-Faransi, Mauris
Bucael.
13.Khalqu al-Insan baina
al-Thib wa al-Quran, karya Muhammad Ali al-Bari
14.al-Muqaranat al-Ilmiyah wa
al-Kitabiyah baina al-KItab al-Samawiyah, karya DR. Mumammad Kamil al-Shadiqi
D. Contoh sebagian penyelewengan dari tafsir ilmi
Sebagian karya yang terkenal
dalam tafsir ini adalah kitab “al-Janib al-Ilmi fi al-Quran” karya DR.
Shalahuddin Khattab yang mengandung beberapa contoh ini, tetapi saya
menyebutkan tiga contoh saja:
1. Dalam penafsiran (ويقذفون بالغيب من كان بعيد...(سبا:5)) , ia menafsirkan dengan semacam corong untuk berbicara, seperti telepon dan
yang memanggil, seperti telegram dan televisi atau radio. Ini adalah hal yang mengherankan, karena pada
dasarnya ayat tersebut adalah berbicara tentang orang-orang kafir, tetapi ada
orang yang menafsirkan menurut keinginannya tanpa melihat alur beritanya. Ibnu
Katsir berkata dalam penafsiran ayat ini;
Malik
berkata dari Zaid bin Aslam; ويقذفون بالغيب , ia mengatakan perkiraan saya ada yang menafsirkan
dengan tukang syair, tukang kahin, tukang sihir, orang gila dan sebagainya dari
penafsiran yang salah.
2. Dibawah tema “"القنابل
والغواصات و الألغام , DR Shalahuddi Khattab meletakkan
ayat yang berhubungan, yaitu; “قل هوالقادر على
أن يبعث عليكم عذابا من فوقكم أو من تحت أرجلكم , ia
mengatkan; azab yang disampaikan dalam ayat sesuai dengan sekelompok burung
yang turun dari tempat tinggi. Adapun azab
yang dibawah kaki itu mengisyarah kepada buih mulut onta yang menimpa tanah.
3. Dari firman Allah: حتى اذا أخذت الأرض زخرفها و ازينت وظن أهلها أنهم قادرون علبها أتاها أمرنا
ليلا أو نهارا فجعلناها حصيدا كأن لم تغن بالأمس...يونس: 24 ,
orang yang merasa mampu mengatakan; ayat ini menunjuki kepada dalil yang final
terhadap kelompok az-zariyat, karena orang-orang kafir dan orang yang mempunyai
sifat buruk dalam dunia ini, mareka menyangka mampu menciptakan kedamaian,
pembangunan, keindahan dan rekontruksi yang orang lain tidak mampu, tetapi
setelah mendalami sepak terjang mereka, maka jelaslah siapa mereka dan
dipahamkan dari ayat ini, bahwa Allah swt menempatkan kekusaan sebagian
kelompok azzariyat terhadap sebagian, maka terjadilah saling memerangi. Hal inilah yang menyebabkan rusak dunia dan
menjadi padang tandus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar